“JANGAN Takut Makan Enak”. Demikian salah satu judul buku populer yang ditulis Prof. Made Astawan, seorang Guru Besar Bidang Pangan, Gizi dan Kesehatan, IPB University.
Bahkan buku tersebut terbit dalam dua seri dengan dua subjudul berbeda. “Petik Manfaat Semua Makan dan Minuman” untuk buku pertama, dan “Sehat dengan Makanan Tradisional” di seri kedua.
Buku tersebut juga menepis pemahaman adanya makanan yang baik dan buruk. Sebab pada dasarnya yang bermasalah seringkali adalah perilaku yang membentuk pola makan dan bukan pada makanannya itu sendiri.
Misalnya, makan secara berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis makanan dan pada saat sama kekurangan ragam makanan lain.
Kita juga sering mendengar seseorang melabeli makanan sebagai clean foods versus not clean foods, healthy foods versus not healthy foods.
Pelabelan seperti ini justru akan membuat masyarakat semakin bingung dan takut untuk mengonsumsi atau tidak mengonsumsi makanan. Karena yang paling penting untuk diperhatikan sebenarnya adalah cara maupun jumlah konsumsinya.
Kemenkes RI telah memberikan panduan “Isi Piringku” agar masyarakat mengonsumsi makanan yang beragam dan sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS), yaitu setengah piring berisi makanan pokok (sumber karbohidrat) dan lauk pauk (sumber protein), kemudian setengah piring lainnya diisi sayuran dan buah-buahan (sumber vitamin, mineral dan serat).
Masyarakat luas umumnya sudah biasa hidup di tengah banyak mitos (myth dalam bahasa Inggris, atau 5 dalam bahasa Yunani kuno).
Mitos adalah semacam cerita, narasi, atau kepercayaan yang tidak didasarkan pada fakta atau bukti ilmiah yang jelas, namun terlanjur dipercaya banyak orang.
Dalam konteks modern pun terdapat banyak mitos, termasuk mitos nutrisi atau mitos kesehatan.
Contohnya keyakinan tentang makanan tertentu yang dianggap berbahaya atau malah sebaliknya, dianggap sangat bermanfaat.
Beberapa mitos populer yang banyak dipercaya orang, misalnya, susu kedelai dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Lalu, makanan bebas lemak lebih sehat daripada makanan tinggi lemak. Kemudian vegan dan vegetarian kekurangan protein. Turun berat badan dengan cepat tanpa diet dan olahraga.
Rupanya gagasan yang salah tentang nutrisi dan kesehatan masih dan terus bertahan lama dalam budaya yang hidup di masyarakat, seolah seperti lagu yang mengerikan (terrible song) yang terus terngiang-ngiang dalam pikiran.
Oleh karena itu, kita harus lebih banyak merujuk pada evidence based science ketimbang experience based knowledge.