Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Sering Marah-marah Terhadap Kesehatan

Kompas.com - 19/07/2024, 14:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Marah bukan hanya perasaan yang tidak nyaman, tetapi terlalu sering marah-marah bisa berdampak negatif pada kesehatan.

Pada dasarnya marah merupakan emosi yang bermanfaat untuk mengingatkan kita akan bahaya dan segera mengambil tindakan. Tetapi marah juga emosi yang ditandai dengan perasaan antagonisme terhadap seseorang atau sesuatu yang telah berbuat salah pada kita.

Ketika marah yang alami terlalu sering, terlalu dahsyat, terlalu lama, atau tak sebanding dengan pemicunya, emosi negatif ini dapat menimbulkan masalah pada kesehatan.

"Marah adalah bagian dari respon menghindar, melawan, atau ketakutan, yang membuat kelenjar adrenal membanjiri tubuh dengan hormon stres, seperti kortisol dan adrenalin," kata psikolog klinis Raymond Chip Tafrate.

Gejala yang dialami fisik antara lain detak jantung dan tekanan darah meningkat, dan darah mengalir ke jantung dengan cepat. Tubuh mempersiapkan diri untuk melawan dan melindungi dirinya, serta waspada untuk menghindari bahaya.

Baca juga: Sedang Marah? Tulislah di Kertas dan Buang

Sistem respon stres di tubuh memang telah berevolusi untuk melindungi kita, tapi dalam kebanyakan kasus kita tidak butuh energi lebih tersebut untuk menghadapi apa pun yang membuat kita marah (rekan kerja, macet panjang, atau anak rewel).

Hormon stres yang terlalu aktif tersebut akan berpengaruh serius pada kesehatan fisik dan mental kita. Berikut adalah beberapa efek yang perlu kita waspadai:

1. Dampak negatif pada jantung
Pelepasan hormon stres yang berlangsung dalam jangka panjang bisa berdampak negatif pada jantung. Menurut penelitian, salah satu efeknya adalah penurunan kemampuan otot jantung dalam memompa darah, yang memicu tekanan darah tinggi.

Penelitian juga menunjukkan, seorang pemarah beresiko besar menderita penyakit jantung koroner dan komplikasinya. Bahaya lain adalah gangguan irama jantung.

2. Risiko serangan jantung
Dalam penelitian yang menganalisis data dari 50 rumah sakit di Amerika Serikat ditemukan, risiko serangan jantung naik dua kali lipat dalam durasi dua jam setelah amarah seseorang meledak.

Baca juga: Pingsan Mendadak Bisa Jadi Gejala Gangguan Irama Jantung

3. Mengganggu pencernaan
Otak dan usus kita selalu berkomunikasi dan memengaruhi satu sama lain. Salah satu fungsi sistem saraf otonom kita adalah mengatur pencernaan. Namun, fungsi ini bisa terganggu saat tubuh berada dalam mode melawan atau tinggalkan, untuk merespon stres.

Menurut dr.Pankaj Jay Pasricha, stres dapat berdampak langsung pada pencernaan, misalnya sakit perut atau diare. Dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan penyakit peradangan perut.

4. Menyebabkan gangguan mental
Penelitian menyebut, amah bisa meningkatkan kelainan emosional seperti kecemasan dan depresi. Amarah, terutama yang berlangsung lama, bisa memengaruhi kemampuan berkonsentrasi dan berpikir. Hal ini membuat kita jadi orang yang sinis, sehingga berpengaruh pada relasi dengan pasangan atau orang lain.

5. Mengganggu siklus tidur
Orang yang sulit mengontrol rasa marahnya cenderung mengalami pola tidur yang buruk. Penelitian juga menyebutkan, perasaan marah akan memancing energi psikologis dan keresahan mental, yang akhirnya membuat kita sulit tidur.

Baca juga: Emosi Positif Vs Emosi Negatif, Harus Ditumpahkan atau Ditahan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau