"Bila kita hanya perenang rekreasi yang berenang sejam selama 3-4 kali seminggu, ini bukan masalah. Tapi atlet renang menghirup uap di kolam renang bisa 5 jam setiap hari, enam kali seminggu. Ini membuat saluran napas mereka lebih sensitif dan rentan asma," paparnya.
Memakai inhaler
Bagi para atlet yang menderita asma, panitia Olimpiade mengijinkan penggunaan inhaler selama pertandingan, tetapi jenis dan dosisnya harus diperhatikan.
Inhaler yang mengandung glucocorticoids diijinkan, tetapi jenis inhaled beta-2 agonist yang melemaskan otot dilarang dipakai di luar dosis tertentu yang diterapkan Lembaga Anti-Doping Dunia (WADA).
Baca juga: Lebih dari 50 Persen Penyakit Asma Kambuh, Apa Penyebabnya?
Para pelatih juga melakukan upaya pencegahan untuk atletnya misalnya memakai inhaler kortikosteroid.
"Walau namanya steroid, tetapi ini adalah jenis hirupan yang secara umum tidak bekerja pada tubuh. Kerjanya hanya di paru sehingga para atlet tidak diatur tentang penggunaannya," kata Dickinson.
Meski menderita asma, tapi banyak atlet berhasil mengatasi kondisinya dan menorehkan prestasi gemilang.
Pelari jarak jauh Paula Radcliffe yang didiagnosis asma akibat latihan ketika remaja, berhasil memegang rekor lari marathon dunia selama 16 tahun, sementara pelari lintasan asal Amerika, Jackie Joyner-Kersee memenangkan 6 medali (3 diantaranya emas) sepanjang kariernya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.