Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Berharap Tidak Ada Lagi Serangan ke Faskes dan Staf Medis

Kompas.com - 20/08/2024, 05:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Hari Kemanusiaan Sedunia, Senin (19/8/2024), berharap masyarakat dunia tidak menormalisasi serangan terhadap fasilitas kesehatan dan staf medis di mana pun.

Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa fakta hari ini masih banyak serangan militer yang menargetkan fasilitas dan staf kesehatan.

"Inilah kenyataan yang dihadapi jutaan orang yang sangat membutuhkan perawatan kesehatan," kata Tedros seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (19/8/2024).

Baca juga: Mpox Bikin Geger WHO, Perdoski Jelaskan Komplikasi dan Pencegahannya

Di Khartoum, terjadi serangan terhadap fasilitas medis pada 2023 yang menyebabkan banyak warga Sudan yang sakit kronis tidak dapat lagi menemukan obat-obatan yang dibutuhkan.

Di Gaza, berbagai serangan terhadap rumah sakit telah menewaskan dan melukai ratusan orang, termasuk petugas kesehatan serta para warga yang terlunta-lunta mencari perlindungan.

Di kota Goma, Republik Demokratik Kongo (DRC), sejumlah dokter dan perawat dibunuh saat berupaya merawat para pengungsi.

Baca juga: WHO Tetapkan Status Mpox di Afrika Jadi Perhatian Dunia

Di Ukraina, Okhmatdyt Children’s Hospital menjadi sasaran serangan udara, menewaskan seorang dokter dan seorang pekerja rumah sakit serta melukai 16 orang, termasuk tujuh anak-anak.

Di Pakistan, sebuah bom menewaskan petugas polisi yang dikerahkan untuk melindungi para pekerja vaksinasi polio.

"Saya telah berulang kali mengutuk serangan tersebut dan menyerukan perlindungan dan penghormatan terhadap para pekerja kesehatan dalam situasi kemanusiaan dan seterusnya," ujar Tedros.

"Namun, seruan saya, dan seruan mitra kemanusiaan kami di lapangan dan di seluruh dunia, tidak didengar, meskipun fasilitas kesehatan, staf, pasien, dan warga sipil lainnya dilindungi berdasarkan hukum internasional selama konflik," lanjutnya.

Baca juga: Atlet Olimpiade Paris Terkena Covid, WHO: Cakupan Vaksin Turun

Pada 2023, WHO mencatat 1.520 serangan terhadap layanan kesehatan mengakibatkan pasien dan petugas kesehatan luka-luka sebanyak 1.250 jiwa dan sedikitnya 750 kematian.

Sementara sepanjang 2024, ada lebih dari 700 serangan telah terjadi. Namun, Dirjen WHO ini memperkirakan fakta di lapangan jauh lebih banyak.

"Satu serangan saja sudah terlalu banyak, tetapi beberapa tempat telah mengalami jumlah serangan yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat," ungkapnya.

Di Gaza, lebih dari 500 personel medis telah tewas sejak konflik dimulai pada Oktober 2024.

"Selain itu, sedikitnya 287 pekerja bantuan telah kehilangan nyawa, termasuk banyak rekan dari UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, dan sedikitnya satu anggota keluarga WHO kami, Dima Alhaj," sebutnya.

Baca juga: Kasus Mpox Melonjak, WHO Segera Gelar Rapat Komite Darurat

Dikutip dari Egypt Today pada Senin (19/8/2024), situasi konflik di Mediterania Timur pada tahun ini cenderung semakin buruk, dengan eskalasi serangan yang terus berlanjut di Wilayah Pendudukan Palestina, Sudan, Suriah, Lebanon, dan Yaman.

"Pada tanggal 19 Agustus, saat kita memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia, kita harus menghadapi serangan yang semakin intensif terhadap pekerja bantuan, dan tindakan untuk menormalisasi hal tersebut," ucapnya.

"Di luar implikasi hukum, serangan terhadap sektor kesehatan mengganggu pekerjaan petugas kesehatan, distribusi pasokan kesehatan, dan layanan penting fasilitas kesehatan, seperti vaksinasi, perawatan prenatal, dan perawatan penyakit kronis, yang menyebabkan kematian yang dapat dicegah dan meningkatnya penderitaan," paparnya.

Ia mengungkapkan bahwa satu serangan saja terhadap satu-satunya rumah sakit yang melayani populasi dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan dan bertahan lama terhadap penyediaan layanan kesehatan untuk seluruh komunitas dalam jangka pendek, dan untuk tahun-tahun mendatang.

Baca juga: 5 Anjuran WHO di Pekan Menyusui Sedunia 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Health
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Health
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Health
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Health
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Health
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Health
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Health
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Health
Riset FMIPA UI  Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Riset FMIPA UI Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Health
7 Cara Mengatasi Ngantuk Terus-menerus, Termasuk Makan Sehat
7 Cara Mengatasi Ngantuk Terus-menerus, Termasuk Makan Sehat
Health
Pelawak Sri Sumiarsih Meninggal Akibat Sakit Ginjal, Ini Penyebabnya
Pelawak Sri Sumiarsih Meninggal Akibat Sakit Ginjal, Ini Penyebabnya
Health
Penyakit Genetik Langka yang Bikin Perut Selalu Lapar
Penyakit Genetik Langka yang Bikin Perut Selalu Lapar
Health
Neurofibromatosis Tipe 1 Bisa Dicegah Turun ke Anak, Ini Kata Dokter
Neurofibromatosis Tipe 1 Bisa Dicegah Turun ke Anak, Ini Kata Dokter
Health
Apa Itu HMPV dan Bagaimana Gejalanya? Ini Penjelasan Dokter
Apa Itu HMPV dan Bagaimana Gejalanya? Ini Penjelasan Dokter
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau