Pada 2006, studi lebih lanjut oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Depkes RI di 10 provinsi menunjukkan bahwa 14,6 persen balita masih memiliki kadar serum retinol di bawah 20 mcg/dl, menandakan bahwa masalah ini masih jauh dari terselesaikan.
Namun, perhatian terhadap kekurangan vitamin A tidak hanya terbatas pada anak-anak. Ibu nifas juga menghadapi risiko sama.
Penelitian yang dilakukan pada 2001 di Bogor menemukan bahwa 18 persen ibu menyusui memiliki kadar retinol dalam ASI yang sangat rendah, yaitu hanya 11,1 µg/dl, sementara 54 persen bayi usia 2-10 bulan juga menunjukkan kadar serum retinol di bawah 20 µg/dl.
Hasil serupa ditemukan di Ciamis dan Tasikmalaya, di mana 12,3 persen ibu menyusui mengalami KVA dengan kadar serum retinol di bawah 20 µg/dl.
Meskipun penelitian global mungkin tidak selalu menunjukkan penurunan signifikan dalam angka kesakitan dan kematian ibu dan anak akibat KVA, penelitian di Indonesia menegaskan bahwa rendahnya kadar retinol pada ibu berdampak langsung pada kualitas ASI dan kesehatan bayi.
Melihat situasi yang mengkhawatirkan ini, sejak 1991, Indonesia telah menerapkan kebijakan suplementasi vitamin A secara masif, terutama pada bayi dan balita.
Setiap Februari dan Agustus, yang dikenal sebagai Bulan Kapsul Vitamin A, suplementasi ini dilakukan secara serentak dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, dan Kementerian Pertanian.
Kebijakan ini tidak hanya diterapkan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara berkembang lain seperti India, Bangladesh, Afrika Sub-Sahara, dan Filipina, di mana kekurangan vitamin A masih menjadi masalah serius.
Sementara itu, di negara-negara maju, defisiensi vitamin A jarang terjadi berkat pola makan yang kaya nutrisi dan akses mudah terhadap makanan bergizi.
Namun, penting untuk diingat bahwa menjaga pola makan seimbang tetap menjadi kunci utama dalam memastikan kebutuhan vitamin A terpenuhi bagi semua orang.
Di era ketika Indonesia berjuang melawan masalah kesehatan publik, program pemberian vitamin A menjadi inisiatif penting yang selaras dengan prinsip DAGUSIBU.
DAGUSIBU, yang merupakan akronim dari Dapatkan, Simpan, Gunakan, dan Buang, adalah fondasi dari Kampanye GEMA CERMAT (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat) yang diterapkan oleh para apoteker.
Program ini memastikan vitamin A tersedia bagi bayi dan balita, serta ibu nifas di seluruh penjuru negeri, melalui puskesmas dan posyandu.
Setiap bayi dan balita menjadi bagian dari registrasi nasional dan menerima suplementasi dua kali setahun, pada Februari dan Agustus, sebagai bagian dari kampanye kesehatan yang komprehensif.
Kegiatan ini tidak hanya mencakup pemberian vitamin A, tetapi juga terintegrasi dengan imunisasi, penanggulangan kecacingan, dan tatalaksana diare dan gizi buruk, menciptakan sinergi yang meningkatkan kesehatan publik secara luas.
Khusus untuk ibu nifas, pemberian vitamin A dua kali segera setelah persalinan dan 24 jam berikutnya oleh tenaga kesehatan, menjadi langkah krusial untuk mendukung pemulihan mereka.
Penggunaan vitamin ini dilakukan dengan protokol ketat yang memastikan higienitas dan efektivitas, termasuk pencucian tangan oleh petugas kesehatan, penggunaan gunting bersih untuk membuka kapsul, dan pemberian langsung pada anak tanpa membuang isi kapsul.
Pengelolaan yang hati-hati, dari penyimpanan yang terlindung dari sinar matahari hingga konsumsi langsung sesuai aturan, memastikan bahwa manfaat vitamin A dapat dirasakan secara maksimal oleh masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya