Alergi telur paling sering terjadi pada anak-anak. Seiring bertambahnya usia, sistem pencernaan menjadi lebih matang dan reaksi alergi terhadap makanan cenderung tidak terjadi.
Komplikasi paling signifikan dari alergi telur adalah terjadinya reaksi alergi parah yang memerlukan suntikan epinefrin dan perawatan darurat.
Jika seseorang memiliki alergi telur, ia mungkin berisiko lebih tinggi terkena:
-Alergi terhadap makanan lain, seperti susu, kedelai atau kacang tanah
-Alergi terhadap bulu hewan peliharaan, tungau debu, atau serbuk sari rumput
-Reaksi alergi pada kulit seperti dermatitis atopik
-Asma, yang pada gilirannya meningkatkan risiko terjadinya reaksi alergi parah terhadap telur atau makanan lainnya
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari reaksi alergi dan mencegahnya bertambah parah, seperti:
-Baca label makanan dengan seksama. Sebagian orang bereaksi terhadap makanan yang hanya mengandung sedikit telur.
-Berhati-hatilah saat makan di luar
-Bagi ibu menyusui, hindari telur. Jika anak alergi telur, ia mungkin bereaksi terhadap protein yang masuk melalui air susu ibu (ASI).
-Hati-hati sumber tersembunyi produk telur
Meskipun makanan tersebut berlabel bebas telur, makanan tersebut mungkin masih mengandung beberapa protein telur.
Makanan yang mengandung telur, misalnya permen, mayones, kue, makanan yang dipanggang, makanan yang dilapisi tepung roti, lapisan gula, daging olahan, bakso, puding, saus salad, pasta, dan lain-lain.
Saat membeli makanan olahan, perhatikan beberapa istilah menunjukkan bahwa produk telur telah digunakan dalam pembuatannya, misalnya albumin, globulin,lesitin, lisozim, vitellin.
Selain itu, ada juga kata-kata yang dimulai dengan "ova" atau "ovo," seperti ovalbumin atau ovoglobulin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.