Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alergi Telur, Bagaimana Gejala dan Pencegahannya?

Kompas.com - 27/10/2024, 10:45 WIB
Khairina

Penulis

KOMPAS.com- Telur merupakan salah satu makanan penyebab alergi yang paling umum pada anak-anak meski dalam beberapa kasus juga terjadi pada orang dewasa.

Alergi telur terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menganggap zat yang tidak berbahaya, seperti protein dalam telur, sebagai ancaman.

Hal ini memicu tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap protein tersebut, yang menyebabkan reaksi alergi saat terpapar di lain waktu.

Baca juga: Alergi Telur

Baik kuning telur maupun putih telur mengandung protein yang dapat menyebabkan alergi, tetapi alergi terhadap putih telur adalah yang paling umum. Bayi yang disusui mungkin mengalami reaksi alergi terhadap protein telur dalam air susu ibu (ASI) jika sang ibu mengonsumsi telur.

Gejala

Disarikan dari berbagai sumber, reaksi alergi telur berbeda-beda pada setiap orang dan biasanya terjadi segera setelah terpapar telur. Gejala alergi telur dapat meliputi:

-Peradangan kulit atau gatal-gatal, merupakan reaksi alergi telur yang paling umum
-Hidung tersumbat, pilek dan bersin (rinitis alergi)
-Gejala pencernaan, seperti kram, mual dan muntah
-Tanda dan gejala asma seperti batuk, mengi, sesak dada atau sesak napas

-Anafilaksis
Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan anafilaksis, keadaan darurat yang mengancam jiwa yang memerlukan suntikan epinefrin (adrenalin) segera dan perjalanan ke ruang gawat darurat.

Tanda dan gejala anafilaksis, di antaranya:

-Penyempitan saluran udara, termasuk tenggorokan yang bengkak atau benjolan di tenggorokan yang membuat sulit bernapas
-Sakit perut dan kram
-Denyut nadi cepat
-Syok, dengan penurunan tekanan darah yang parah yang dirasakan seperti pusing, sakit kepala ringan atau kehilangan kesadaran.

Baca juga: 5 Gejala Alergi Telur yang Perlu Diwaspadai

Faktor risiko

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko timbulnya alergi telur:

-Dermatitis atopik.

Anak-anak dengan jenis reaksi kulit ini lebih mungkin mengalami alergi makanan daripada anak-anak yang tidak memiliki masalah kulit.

-Riwayat keluarga.

Seseorang berisiko lebih tinggi mengalami alergi makanan jika salah satu atau kedua orangtua menderita asma, alergi makanan, atau jenis alergi lainnya, seperti demam serbuk sari, gatal-gatal, atau eksim.

-Usia

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau