KOMPAS.com - Di antara beragam genre film atau serial di layanan video streaming, sebagian orang lebih memilih menonton serial kriminal seperti Zodiac Killer atau Dahmer untuk melepas stres setelah seharian beraktivitas.
Sebenarnya tak perlu malu jika kamu mengakui lebih senang mendengarkan podcast tentang modus operasi seorang pembunuh berantai atau melihat serial tentang penjahat sadis yang mengincar mahasiswi. Lagi pula kamu tak sendiri.
"Ada sebagian klien saya yang lebih memilih nonton dokumenter tentang kriminal," kata psikolog klinis Dr.Annabelle Chow seperti dikutip dari CNA.com.
Pendiri Olive Branch Psychology Sam Robert, juga membagikan hasil observasi yang sama.
"Saya tidak punya angka pastinya berapa jumlah klien yang senang menonton dokumenter kriminal, tapi sebagian besar yang punya hobi ini adalah mereka yang rutinitasnya cenderung stres dan memilih jenis tontonan tersebut untuk melepas penat," kata Robert.
Sebenarnya apa yang membuat dokumentasi tentang kejahatan mengerikan menarik kita seperti ngengat ke api? Dan apakah api ini memiliki dampak jika kita terobsesi dan terlalu dekat?
Baca juga: Eksekusi Mati Ted Bundy, Pembunuh Berantai yang Meneror AS
Mengapa kita menikmati cerita kejahatan
Kisah bertema kejahatan memang populer. Menurut sebuah studi global, 31 persen orang dewasa rutin menonton cerita film tentang kejahatan. Dengan kata lain, 1 dari 10 orang menganggap misteri pembunuhan dan teka-teki pelakunya adalah sebuah hiburan.
Berdasarkan ranking harian pada podcast populer di Apple dan Spotify, ternyata cerita kejahatan juga menjadi genre nomor satu.
"Film tentang kejahatan, dokumenter, atau podcast bisa menyebabkan kecanduan karena adanya unsur ketegangan dan bahaya bagi pemirsanya dalam lingkungan yang aman dan terkontrol," kata John Shepherd Lim dari Singapore Counselling Centre.
Di balik itu, jika kita mengonsumsi banyak konten tentang kriminalitas, kita bisa bertanya ke diri sendiri apakah kita punya kecemasan, stres, atau trauma yang terkait?
"Meski tidak selalu berhubungan, tapi obsesi pada cerita kejahatan terkadang berasal dari rasa takut yang belum diselesaikan, cemas berlebihan, atau dorongan bawah sadar untuk mengontrol skenario yang menakutkan dan sulit diprediksi," kata Lim.
Baca juga: Sekuel Film Horor Hits Netflix The Platform Rilis Akhir Tahun 2024
Bagi sebagian orang, membenamkan diri dalam kisah-kisah kejahatan bisa jadi cara untuk memproses perasaan rentan dan tidak aman mereka.
Lebih popular fiksi atau kisah nyata
Menurut Robert, kisah kejahatan fiksi atau nyata punya daya tarik yang sama bagi penggemarnya. Namun, film dokumenter dan kasus nyata tampaknya memiliki preferensi khusus.
"Preferensi ini mungkin berasal dari fakta bahwa kasus nyata menawarkan rasa keaslian dan kesungguhan, di mana orang bisa merasa seperti terlibat dengan sejarah atau memahami sistem hukum dan pidana yang rumit," katanya.
Di lain pihak, kisah fiksi menawarkan keseimbangan realisme dan gaya cerita dramatis. Meski bagi penonton kisah ini tak terlalu intens tapi tetap memberi pengalaman menarik.
Film nonfiksi seperti kisah pembunuh berantai Jeffrey Dahmer misalnya, sudah ditonton lebih dari satu miliar jam waktu tonton, menjadikannya sebagi serial yang paling banyak ditonton di Netflix.
"Jenis cerita yang realistik dari serial ini mungkin menimbulkan rasa ngeri lebih tinggi dan lebih menarik bagi penonton, sehingga timbul rasa 'keterlibatan' dengan apa yang digambarkan dalam cerita," kata Chow.
Baca juga: Psikolog Sarankan Orangtua Tak Ajak Anak Nonton Film Horor
Sebaliknya dengan kisah fiksi, akan tetap menarik bagi orang yang tak terlalu peduli dengan tingkat kengerian aksi kriminal. Para fans ini akan menganggap apa yang mereka tonton "seru" dan memperlakukannya seperti menyelesaikan puzzles.
Kedua genre tersebut sama-sama memiliki aspek penyelesaikan masalah dan stimulasi kognitif yang melibatkan narasi kompleks pada pemecahan kasus secara detil dan proses peradilan.
Para wanita menjadi kelompok yang paling menyukai jenis genre ini. Menurut Chow, hal ini mungkin karena rasa empati wanita lebih besar selain rasa ketertarikan pada analisa psikologi. Alasan lain adalah dorongan untuk menyiapkan diri.
"Banyak wanita menghadapi tekanan sosial seputar keamanan mereka. Melihat bagaimana pelaku memikat korbannya memberi penonon wanita pemahaman tentang cara mengatasi situasi tersebut seandainya mereka mengalami situasi serupa," kata Lim.
Apakah ada masalah psikologi?
Tak sedikit penggemar acara kejahatan mempertanyakan apakah ada yang salah dengan dirinya.
Nyatanya, menikmati tontonan bertema kriminal tidak mencerminkan hal yang negatif tentang seseorang. Sebagian besar hanya penasaran saja tentang perilaku manusia, keadilan, dan juga pemecahan masalah yang rumit.
Baca juga: Bukan Sekadar Hiburan, Menonton Film Komedi Memiliki Manfaat Kesehatan, Apa Saja?
Meski begitu, menurut Robert, jika kita punya kecenderungan obsesif, ini bisa menunjukkan tontotan itu menjadi bagian dari mekanisme koping, dan itu bukan hal yang sehat.
Menurut Chow, tidak ada kaitan antara mereka yang menyukai acara tv bertema kejahatan dengan masalah mental.
"Tapi pada beberapa kasus, faktor psikologi bisa menjelaskan mengapa orang bisa terhanyut dalam drama kejahatan. Hal ini bisa tumpang tindih dengan kondisi mental atau kepribadian," katanya.
Ia mencontohkan kasus di Korea Selatan di mana gadis berusia 23 tahun membunuh orang asing "karena penasaran" dan punya obsesi dengan novel serta serial kriminal.
"Gadis itu juga dilaporkan memiliki skor tinggi pada tes psikopat. Walau begitu, tak ada bukti bahwa ada kaitan antara kondisi mental dengan obsesi pada serial kriminal," ujarnya.
Yang harus diwaspadai adalah jika hidup kita mulai terpengaruh, misalnya jadi cemas berlebihan dan takut pada orang asing, atau kita punya pikiran berbahaya untuk meniru perilaku kejahatan.
Baca juga: 10 Manfaat Menonton Film bagi Kesehatan Mental, Bisa Meningkatkan Mood
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.