Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Penarikan Latio oleh BPOM: Apa Itu Bakteri Bacillus Cereus?

Kompas.com - 03/11/2024, 06:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menghentikan sementara peredaran camilan asal China, "latiao" karena terkontaminasi bakteri Bacillus cereus.

Penghentian sementara peredaran latiao di pasaran merupakan respons BPOM setelah mendapatkan laporan bahwa terdapat Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLBKP) di sejumlah wilayah setelah makan latiao.

Wilayah KLBKP meliputi Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, dan Pamekasan.

Baca juga: BPOM Hentikan Peredaran Produk Latiao setelah Temuan Keracunan Makanan

Sebelumnya, dikutip dari Antara pada Minggu (7/7/2024), 16 siswa SDN Cidadap I Kecamatan Sukaraja mengalami keracunan akibat makan produk latiao, Latiao Strips dan Hot Spicy Latiru.

Menurut hasil pengujian laboratorium, BPOM menemukan indikasi kontaminasi bakteri Bacillus cereus dalam kandungan latiao, seperti yang dikutip dari Antara pada Jumat (1/11/2024).

BPOM memeriksa 73 produk latiao yang beredar di Indonesia, empat di antaranya terbukti mengandung bakteri Bacillus cereus.

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan bahwa kontaminasi bakteri tersebut menyebabkan para korban mengalami gejala keracunan, meliputi sakit perut, pusing, mual, dan muntah.

Dari kejadian penarikan produk latiao oleh BPOM, ada hal yang bisa kita pelajari tentang kontaminasi bakteri Bacillus cereus. Berikut artikel ini akan menjelaskannya.

Baca juga: 12 Komplikasi Keracunan Makanan yang Harus Diwaspadai

Apa itu bakteri Bacillus cereus?

Dikutip dari Cleveland Clinic, Bacillus cereus atau B. cereus adalah organisme mikroskopis yang melepaskan racun berbahaya (toksin).

Bakteri B. cereus yang menyerang usus menyebabkan keracunan makanan. Penyakit ini cenderung cepat sembuh dalam waktu 24 jam.

Makanan yang umum menyebabkan keracunan makanan setelah terkontaminasi bakteri Bacillus cereus meliputi:

  • Ikan
  • Produk susu
  • Daging
  • Saus
  • Sop
  • Sayuran
  • Nasi
  • Keju
  • Pasta
  • Kue kering
  • Kentang
  • Sushi

Baca juga: 15 Macam Penyebab Keracunan Makanan yang Harus Diwaspadai

Namun, Anda bisa mengalami penyakit lebih parah, jika infeksi terjadi di bagian tubuh selain di gastrointestinal (B. cereus non-intestinal).

Apalagi jika sistem kekebalan tubuh Anda lemah atau Anda mengalami cedera karena pembedahan atau trauma.

Penyakit yang lebih parah akibat infeksi bakteri B. cereus non-intestinal, meliputi bakteremia, endophthalmitis, abses, meningitis, dan radang paru-paru.

B. cereus non-intestinal umum ditemukan di debu, tanaman, tanah, dan air. Lalu, bakteri ini umum menyerang bagian mata, sistem pernapasan, dan luka.

Baca juga: 6 Cara Mengobati Keracunan Makanan ala Rumahan

Apa gejala infeksi bakteri Bacillus cereus?

Gejala infeksi bakteri Bacillus cereus yang menyebabkan keracunan makanan meliputi:

  • Sakit perut
  • Kram perut
  • Diare berair
  • Mual dan muntah

Sementara, gejala infeksi bakteri B. cereus non-intestinal tergantung penyakit yang ditimbulkan.

Endoftalmitis adalah penyakit yang paling parah akibat infeksi bakteri B. cereus non-intestinal.

Endoftalmitis terjadi ketika bakteri ini menyerang mata. Gejalanya meliputi:

  • Sakit mata
  • Kelelahan
  • Demam
  • Jumlah sel darah putih tinggi (leukositosis)
  • Penglihatan rendah
  • Mata merah
  • Ulkus kornea berbentuk cincin

Beberapa orang yang menderita endoftalmitis berakhir dengan kehilangan matanya.

Baca juga: Kenali Bahaya E.coli: Pelajaran dari Wabah di McDonalds AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau