Keenam, pemeriksaan untuk mengetahui adanya penyakit mineral tulang atau Osteopenia of Prematurity (OOP). Skrining ini dilakukan pada semua bayi prematur untuk mendeteksi adanya masalah kesehatan tulang pada bayi.
Ketujuh, pemeriksaan anemia prematurity atau anemia pada bayi prematur. Hal ini dilakukan untuk mencegah anemia atau kurang darah pada bayi.
"Ada juga skrining untuk pendengaran, ini sebenarnya bayi cukup bulan juga dilakukan skrining tersebut, selambat-lambatnya umur 3 bulan," kata Putri.
Baca juga: 14 Cara Memandikan Bayi Prematur yang Aman
Skrining tersebut umumnya berupa tes pendengaran pada bayi yang mencakup Otoacoustic Emission (OAE). Ada juga tes pendengaran Brain Evoked Response Audiometry (BERA) untuk memeriksa fungsi pendengaran bayi prematur.
Lebih lanjut, Putri mengatakan bahwa orangtua juga perlu mengisi buku KIA bayi kecil dari Kemenkes yang akan diberikan setelah bayi lahir. Orangtua juga bisa mendapatkan bentuk elektronik buku tersebut dengan mengunduhnya di laman situs resmi Kemenkes.
Buku KIA bayi kecil berisikan informasi, pelayanan dan perawatan kesehatan bayi kecil. Buku tersebut juga berisi edukasi dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi kecil yang dapat dilakukan oleh orang tua.
"Pada prinsipnya, semakin kecil bayi prematurnya, semakin kecil berat lahirnya, (maka) semakin lengkap skrining yang dibutuhkan," kata Putri.
"Tanya dulu ke dokternya apakah (beberapa) skrining itu perlu dilakukan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.