KOMPAS.com - Kita harus waspada dengan penyakit yang bernama leptospirosis, ketika masuk musim hujan dan tinggal di daerah rawan banjir.
Leptospirosis merupakan penyakit penyerta banjir. Ini bisa menyebabkan demam mendadak, nyeri otot, hingga tak jarang kematian.
Penyakit ini menyerang manusia sering kali melalui urine binatang.
Baca terus artikel ini yang akan menjelaskan lebih lanjut tentang penyakit leptospirosis.
Baca juga: Kemenkes Gencarkan Vaksinasi DBD Dosis Lengkap Hadapi Musim Hujan
Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.
Penyakit ini menyerang berbagai jenis hewan dan manusia.
Sama seperti manusia, hewan dapat terinfeksi melalui kontak dengan urine atau cairan tubuh lain yang terkontaminasi di air atau tanah.
Tanpa pengobatan, leptospirosis pada manusia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), gagal hati, kesulitan bernapas, dan bahkan kematian.
Sekitar 1 juta kasus pada manusia terjadi di seluruh dunia setiap tahun, dengan hampir 60.000 kematian.
Baca juga: Kemenkes Keluarkan 2 SE Antisipasi Risiko DBD dan Leptospirosis di Musim Hujan
Penyebab leptospirosis adalah bakteri Leptospira yang ditemukan di tanah dan air.
Bakteri ini dapat bertahan hidup di air atau tanah yang terkontaminasi selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Lalu, bakteri Leptospira umumnya menyebar melalui urine hewan yang terinfeksi dan bisa mengenai kita ketika terjadi kontak fisik.
Menurut Kemenkes RI, bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti luka lecet, maupun luka besar seperti luka robek.
Bakteri ini juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan.
Oleh karena itu, leptospirosis marak muncul saat musim hujan dan terjadi banjir, karena kita rentan mengalami kontak fisik dengan lumpur dan air banjir atau genangan air sungai dan selokan yang terkontaminasi kencing tikus pembawa bakteri tersebut.
Berbagai jenis hewan liar maupun hewan peliharaan bisa menjadi pembawa bakteri ini. Contohnya, sapi, babi, kuda, anjing, kucing, tikus, singa laut, dan monyet.
Hewan yang terinfeksi dapat terus mengeluarkan bakteri Leptospira ke lingkungan selama beberapa bulan atau tahun, tanpa para binatang menunjukkan gejala penyakit.
Jarang sekali orang menularkan leptospirosis ke orang lain.
Baca juga: Dokter Bagikan Tips Aman Olahraga di Musim Hujan
Menurut Kemenkes, gejala leptospirosis yang dapat dirasakan oleh penderita penyakit ini, diantaranya:
Pada fase yang parah, penyakit akibat infeksi bakteri ini bisa menyebabkan gagal ginjal atau hati dan meningitis.
Namun, penyakit ini mungkin sulit dideteksi dini karena banyak dari gejalanya bisa disalahartikan sebagai penyakit lain. Selain itu, sebagian orang tidak mengalami gejala penyakit.
Penyakit leptospirosis dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.
Tanpa pengobatan, pemulihan penyakit mungkin memerlukan waktu beberapa bulan, bahkan menyebabkan kematian.
Baca juga: 8 Obat Alami untuk Meredakan Pilek di Musim Hujan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.