Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Takut Berlebihan pada Virus HMPV Cerminkan Dampak Pandemi

Kompas.com - 08/01/2025, 08:11 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

 

KOMPAS.com - Merebaknya jumlah kasus human metapneumovirus (HMV) di China menimbulkan kekhawatiran global dan menjadi tajuk utama berbagai media.

Tetapi para ahli kesehatan masyarakat mengingatkan bahwa MPV merupakan bagian dari naiknya virus flu musiman dan tidak perlu dikhawatirkan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengimbau masyarakat agar tidak panik karena virus HMPV bukanlah virus baru.

Budi menuturkan, HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Virus Covid-19 saat awal ditemukan merupakan jenis virus baru, sementara HMPV merupakan virus lama yang memiliki sifat yang mirip dengan flu.

Sistem imunitas tubuh manusia sudah lama mengenal virus HMPV sehingga umumnya bisa merespons penyakit ini dengan baik.

Sejak Desember 2024 China melaporkan adanya lonjakan penularan infeksi saluran pernapasan, termasuk HMPV yang akhirnya menjadi perhatian global.

Baca juga: Menkes: HMPV di Indonesia Sudah Lama Ada, tapi Masyarakat Jangan Panik

Video yang diunggah di media sosial yang memperlihatkan rumah sakit yang penuh sesak memicu spekulasi tentang dimulainya wabah global lainnya.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning menyebut bahwa penyakit pernapasan di Tiongkok musim ini tampak tidak terlalu parah dan menyebar dalam skala yang lebih kecil dibandingkan tahun lalu.

Pakar kesehatan masyarakat dan pejabat di Amerika Serikat menyampaikan penilaian serupa bahwa situasi di Tiongkok tidak tampak tidak biasa.

Mengapa para pakar tidak khawatir?

Topik pembahasan seputar HMPV di media menggambarkan bagaimana persepsi ancaman penyakit menular menjadi bias setelah Covid-19, terutama ketika gambar orang sakit di China beredar di media sosial.

Virus-virus yang sebelumnya hanya dikenal baik di kalangan pakar penyakit menular tetapi tidak dikenal masyarakat, kini menarik perhatian yang lebih besar. Banyak media pun mengulasnya secara mendalam.

Baca juga: Mengenal Virus Influenza dan Potensinya Sebabkan Wabah

Ilustrasi batuk. Sayuran yang tidak boleh dimakan saat batuk.IstockPhoto/Moyo Studio Ilustrasi batuk. Sayuran yang tidak boleh dimakan saat batuk.

Pakar penyakit menular dari Johns Hopkins Center for Health Security, Dr.Amesh Adalja mengatakan kepanikan yang ditimbulkan setiap ada penyakit baru terjadi pasca Covid-19.

“Setelah pandemi Covid-19 ada kecenderungan untuk memperlakukan setiap penyakit menular sebagai keadaan darurat, padahal sebenarnya tidak,” katanya seperti dikutip dari Washington Post.

Baca juga: Penyakit Menular yang Berpotensi Jadi Masalah Besar di 2025

Kekhawatiran terhadap HMPV mengingatkan kita pada kepanikan musim dingin lalu atas kasus pneumonia pada anak-anak di China yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae yang umum dan meningkat secara berkala di berbagai negara. Seruan untuk larangan bepergian menambah kepanikan.

Juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Kevin Griffis, mengatakan lembaganya terus memantau wabah di China tapi tidak menganggapnya hal baru. Sebagian besar pasien juga dirawat akibat infeksi influenza A.

Para ahli menilai, selama pandemi China menjalani salah satu karantina wilayah paling ketat dan berkepanjangan di dunia, yang mengurangi paparan orang terhadap virus lain seperti HMPV.

Hal itu menciptakan situasi di mana orang menjadi lebih rentan selama ada lonjakan kasus, yang menyebabkan kasus-kasus yang tidak biasa bahkan pada orang muda dan setengah baya.

Profesor epidemiologi Jennifer Nuzzo mengatakan, walau disebutkan bahwa infeksi ini lebih rentan dialami anak dan lansia, bukan berarti di luar kelompok itu akan lebih kebal.

"Ketika banyak orang jatuh sakit bersamaan, kita akan melihat hal-hal yang mungkin tidak dilihat seperti saat penyakit ini menyebar bertahap," katanya.

Selain itu, dia juga belum mendengar laporan tentang jumlah rawat inap dan kematian yang luar biasa besar pada orang dewasa muda dan setengah baya yang sehat yang dapat menimbulkan kekhawatiran, seperti yang dialami dokter di China pada hari-hari awal Covid.

Baca juga: Imbauan Kemenkes untuk Cegah Penularan Virus HMPV

Pencegahan dan pengawasan

Hanya karena HMVP bersifat rutin, bukan berarti virus itu biasa saja. Seperti virus pernapasan lainnya, HMPV dapat berkembang menjadi gejala yang lebih serius, termasuk pneumonia.

Risiko yang lebih tinggi juga bisa terjadi pada anak kecil, orang lanjut usia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Namun, sebagian besar kasus tetap ringan, dengan gejala seperti batuk, demam, dan hidung tersumbat.

Kementrian Kesehatan juga telah memberikan panduan upaya pencegahan penyakit tersebut. Upaya itu bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat cukup, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat tak enak badan, dan menjalankan protokol kesehatan, terutama pada orang yang terinfeksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau