Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/08/2013, 17:47 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


Kompas.com — Begitu seseorang dinyatakan menderita penyakit gagal ginjal tahap akhir, obat-obatan saja tidak lagi memadai. Fungsi ginjal yang rusak harus digantikan oleh mesin dialisis (cuci darah). Bagaimana penyanyi dan MC senior Kris Biantoro bisa bertahan dengan penyakit ini sampai 38 tahun?

Kris Biantoro membuktikan ia mampu menjalani hidupnya dengan penyakit ini selama puluhan tahun meski akhirnya ajal menjemputnya di usia 75 tahun pada Selasa (13/8/2013) di Jakarta.

Sekitar setengah kasus gagal ginjal pada orang dewasa disebabkan karena diabetes dan tekanan darah tinggi yang tidak dirawat. Setengah lainnya adalah karena infeksi, cedera, atau obat-obatan.

Penyakit gagal ginjal kronis adalah penyakit menahun dan perburukannya berjalan perlahan. Penyakit ini timbul ketika unit penyaring ginjal (nefron) rusak. Penyakit ini dapat berkembang menjadi gagal ginjal stadium akhir. Jika ini terjadi maka ginjal berhenti berfungsi dan pilihannya hanyalah cuci darah dan cangkok ginjal.

Menurut dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH, Direktur Utama RS PGI Cikini Jakarta, seseorang disebut menderita gagal ginjal stadium akhir jika fungsi ginjalnya tinggal 15 persen dari fungsi normalnya.

Walau gagal ginjal kronis tidak dapat disembuhkan, tetapi dokter akan memberikan langkah-langkah untuk mengendalikan gejala serta memperlambat perkembangan penyakitnya.

"Kris Biantoro memang sudah menderita gagal ginjal kronis cukup lama. Namun beliau bisa mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, antara lain dengan mengendalikan tekanan darahnya," kata dr Tunggul ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (13/8/2013).

Meski tidak menjalani cangkok ginjal, Kris Biantoro secara rutin melakukan dialisis (cuci darah), yakni cara buatan membuang produk sisa urine dan kelebihan cairan dari tubuh. Dialisis ginjal memang mampu memberi kesempatan hidup lebih panjang setelah ginjal berhenti berfungsi.

Tunggul menjelaskan, jenis dialisis yang dilakukan Kris Biantoro adalah CAPD (countinous ambulatory peritoneal dialysis). "Setahu saya Kris Biantoro sangat rajin melakukan CAPD di rumah. Dukungan keluarganya juga sangat kuat," paparnya.

CAPD adalah bentuk dialisis dengan menggunakan kateter yang ditanam secara permanen dalam perut untuk mengganti cairan dialisis empat kali sehari, selama 7 hari dalam seminggu. Dengan cara ini cairan itu terus-menerus akan berada dalam perut. Di antara waktu penggantian cairan ini pasien dapat bebas bergerak.

Menurut Tunggul, pasien gagal ginjal stadium akhir yang rutin melakukan dialisis memang dapat bertahan hidup bertahun-tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau