Deasy Mochtar, Operations Manager salah satu rumah sakit internasional di Medan mengatakan pada umumnya pasien berobat ke luar negeri karena diagnosis lebih cepat. Selain pasien menganggap obat-obatan di luar negeri lebih murah.
Menurut radiografer, Justinus Tambunan, 20 persen pasien di Penang dan Singapura yang berasal dari Medan kebanyakan melakukan medical check up.
Sementara Ikatan Dokter Indonesia cabang Medan mengungkapkan, meski alat kesehatan belum merata di daerah, ketersediaan alat medis berteknologi canggih di daerah sebenarnya bisa meningkatkan pelayanan kesehatan.
Teguh Purwanto, Head of Imaging Systems Philips Healthcare mengatakan rumah sakit di daerah seperti Medan secara teknologi sama majunya dengan rumah sakit di luar negeri. Namun Teguh mengakui, jumlah alat medis berteknologi canggih memang masih kurang.
Menurutnya, yang juga penting diperhatikan adalah jika pun suatu daerah memiliki alat medis cangih namun apakah tenaga medis memiliki pengetahuan yang baik terkait dengan alat kesehatan tersebut.
Ketersediaan alat medis berteknologi canggih di rumah sakit dan petugas medis berpengetahuan luas terkait penggunaan erat kaitannya dengan kepuasan pasien. Selain baiknya komunikasi dokter atau tenaga medis lainnya dalam melayani kebutuhan pasien.
Diagnosis tepat, cepat, akurat yang menjadi alasan mengapa pasien Medan kerap berobat ke Penang, bisa didapatkan dari rumah sakit di daerah dan Indonesia pada umumnya, dengan tersedianya alat medis canggih ini.
Spesialis penyakit dalam, Sabar Petrus Sembiring mengatakan semakin canggih alat medis, pemeriksaan semakin pasti. Misalnya penggunaan CT-scan dan MRI. Kadang penggunaan CT-scan tidak memberikan hasil yang diinginkan. Namun dengan penggunaan MRI tercanggih, pemeriksaan lebih maksimal dan dokter akan lebih mudah dan cepat mendiagnisa lalu melakukan terapi dan tindakan dengan cepat.
Meski begitu, kepuasan pasien bukan hanya diagnosis cepat. Bagaimana tenaga medis berkomunikasi dengan pasien juga menjadi kebutuhan. Ketika pasien tidak mendapatkannya di Indonesia, mereka pun beralih ke rumah sakit di luar negeri yang memiliki tenaga ahli dengan kemampuan medis dan komunikasi baik.
"Kebanyakan dokter one man show. Namun di Medan ini dokter terbuka, tidak ada one man show. Kesadaran dokter yang melihat pasien pulang dari rumah sakit dan kembali dengan keluhan yang sama membuat dokter lebih terbuka untuk memenuhi kebutuhan pasien," ungkap Sabar di sela kegiatan kunjungan Philips Healthcare ke Rumah Sakit Columbia Asia - Medan, beberapa waktu lalu.
Menurutnya keterbukaan dokter terhadap pasien mendukung ketersediaan alat medis canggih di rumah sakit. Apalagi kesadaran masyarakat, dalam hal ini di Medan, juga tinggi terhadap penggunaan alat medis canggih.
"Alat canggih semakin memudahkan dokter mendapatkan diagnosis yang sulit. Saat bisa menentukan diagnosis tepat, tindakan cepat, pasien puas,"terangnya.
Hubungan yang saling terkait antara alat medis canggih, kemampuan tenaga medis dalam menggunakan alat kesehatan berteknologi tinggi, serta komunikasi baik dokter-pasien menentukan pilihan apa yang akan dibuat pasien, apakah berobat di dalam atau luar negeri.
"Pasien Indonesia menghidupkan alat medis canggih di luar negeri. Kalau ketersediaan alat ada di Indonesia, komunikasi dokter baik, pasien juga tidak memilih ke luar negeri," ungkap Sabar.
Ia melanjutkan, semakin banyak pasien memeriksakan kesehatan di rumah sakit dalam negeri, maka penggunaan alat medis canggih pun bisa jadi tidak membebankan biaya tinggi kepada pasien.