Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2014, 14:04 WIB

KOMPAS.com - Para peneliti di Amerika Serikat berhasil mengembangkan sejenis obat baru yang akan membuka harapan bagi pengobatan kanker. Jika disetujui, senyawa bernama idelalisib ini dapat menggantikan perawatan kemoterapi yang beracun.

Peneliti mengklaim, pil eksperimental ini dapat mengubah sejenis kanker mematikan menjadi penyakit yang kronis namun dapat dikendalikan, seperti halnya tekanan darah tinggi. Jika disetujui untuk pengobatan sebuah jenis leukemia yang umum, senyawa ini dapat menggantikan perawatan kemoterapi yang beracun.

Leukemia limfositik kronis (CLL) adalah sejenis kanker yang menyerang sel-sel B dari sistem imunitas yang memproduksi antibodi, pasukan terdepan melawan bakteri dan virus penyerang tubuh. Namun ketika sel-sel B mengandung kanker, mereka berakumulasi dalam organ-organ pasien, termasuk kelenjar limfa, organ berbentuk kacang di bawah tangan dan selangkangan yang mengenali dan melawan infeksi. Pada kasus CLL, kelenjar-kelenjar itu membengkak berkali lipat ukuran normal.

Richard Furman, seorang peneliti kanker di Weill Cornell Medical College di New York, mengatakan obat idelalisib, yang diminum dua kali sehari, menyebabkan kanker mencair dan hilang.

"Saat saya mengatakan 'mencair', kelenjar-kelenjar limfa itu memang menciut dalam beberapa hari. Obat ini bekerja cepat, sangat menyenangkan," ujar Furman.

Perawatan standar untuk CLL adalah Rituxan, sebuah obat seduhan yang menghancurkan sel-sel B yang berpenyakit, tapi hanya pada saat sebelum pasien kambuh. Dengan serangkaian kemoterapi yang berulang, Furman mengatakan leukeumia dapat menjadi resisten terhadap Rituxan dan pasien-pasien tidak lagi merespon. Kanker tersebut mematikan.

"Dengan agen seperti idealisib, yang luar biasa dapat ditolerir dan luar biasa efektif, harapan saya kita dapat menjadikan CLL penyakit kronis, mirip dengan tekanan darah tinggi dimana pasien dapat minum satu pil sehari dan mengendalikan penyakitnya," ujarnya.

Artikel mengenai idelalisib diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com