Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/07/2015, 10:10 WIB


KOMPAS.com
- Memasuki minggu ketiga bulan puasa, stok darah di Palang Merah Indonesia kabupaten dan kota di seluruh Indonesia turun hingga 70 persen. Akibatnya, pasien yang membutuhkan darah terpaksa mencari donor pengganti.

 

Kepala Bidang Penyediaan Darah Unit Transfusi Darah Pusat (UTDP) PMI Ulfah Suryani, Kamis (9/7), di Jakarta, mengatakan, setiap memasuki bulan puasa, jumlah donor menurun drastis. Kebanyakan orang tidak mau mendonorkan darah karena beranggapan tubuh mereka tidak dalam kondisi fit karena berpuasa.

 

"Hampir di semua PMI kabupaten dan kota turun sampai 70 persen. Kami kesulitan memenuhi permintaan darah. Misalnya, kalau hari biasa di PMI Bogor bisa terdapat 1.000 kantong, sekarang hanya 300 kantong," ungkap Ulfah.

 

Ulfah menambahkan, kebutuhan darah saat libur Lebaran tidak meningkat dari hari biasanya meskipun pada saat mudik banyak terjadi kecelakaan lalu lintas. Menurut dia, korban kecelakaan jarang butuh darah segera. "Walaupun butuh, baru dua tiga hari setelah dirawat di rumah sakit. Korban yang luka-luka belum tentu butuh darah. Bahkan, banyak juga korban yang meninggal di lokasi kecelakaan," ujarnya.

 

Menurut Ulfah, kesulitan memenuhi darah bukan karena kebutuhan meningkat, melainkan karena jumlah donor yang menyusut.

 

Jumlah kebutuhan darah nasional sebanyak 4,8 juta kantong per tahun. Selama ini, jumlah donasi sukarela (tidak termasuk donor pengganti) selalu berada di bawah kebutuhan. Tahun 2012, jumlah donasi 3,8 juta, lalu turun menjadi 2,8 juta pada 2014. Sementara pada Januari-Juni 2015 baru mencapai 1,2 juta donasi. "Belum pernah mencapai 4,8 juta donasi," kata Ulfah.

 

Akibat berkurangnya stok darah di PMI, pasien terpaksa mencari donor pengganti. Donor pengganti adalah keluarga pasien atau orang yang mendonorkan darahnya untuk pasien tertentu. Adapun donor sukarela adalah donor yang mendonorkan darah bukan untuk pasien tertentu.

 

"Sebenarnya kami menginginkan donor sukarela. Karena donor pengganti bisa saja dia tidak jujur, bahkan bisa terjadi jual beli darah," tutur Ulfah.

 

Dia mencontohkan, calon donor mau mendonorkan darahnya karena dibayar keluarga pasien. Walaupun kondisinya dalam keadaan tidak fit, karena memerlukan uang, dia mengambil risiko dengan kesehatannya.

 

Kepala Bidang Rekrutmen Donor Unit Pelaksana Teknis Dinas PMI Putri Srihartaty menambahkan, selama bulan puasa, PMI menerapkan aksi jemput bola ke masjid-masjid. Dengan harapan, warga yang enggan mendonorkan darah pada siang hari dapat melakukan pada malamnya.

 

"Tetap saja tidak efektif, banyak orang tidak mau mendonor karena alasan kurang tidur," kata Putri.

 

Usaha lain yang dilakukan adalah memaksimalkan kantong-kantong darah dari umat non-Muslim. Meski demikian, stok darah nasional belum mencukupi kebutuhan. (B04)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com