Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/11/2015, 14:13 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com  – Kedua tangan Keminah (37) penuh sampah. Tangan kanannya menenteng satu karung berisi botol minum plastik bekas dan tangan kirinya membawa setumpuk kardus bekas.

Keminah sedikit kerepotan karena sambil menggendong anaknya yang baru berusia 1 tahun. Tetangganya pun  akhirnya membantu Keminah membawa sampah itu.

Ia membawa sampah-sampah itu dari rumahnya di Kelurahan Semper Barat, RT 18, RW 04, CIlincing, Jakarta Utara dengan berjalan kaki. Sampah itu dibawa Keminah ke Bank Sampah Kenanga Peduli Lingkungan (BSKPL) yang tak jauh dari rumahnya.

Keminah datang untuk menabung. Tetapi bukan membawa uang, melainkan sampah. Di bank sampah, karung berisi botol plastik dan kardus yang dibawanya ditimbang. “Botol plastik 2 kilo, kardus 4 kilo,” ucap pengurus BSKPL.

Keminah kemudian mengeluarkan buku tabungannya yang berwarna putih. Per kilogram, botol plastik yang dibawa Keminah dihargai Rp 3000 oleh bank sampah. Sedangkan kardus, per kilogram dihargai Rp 1500.

Harga bisa lebih rendah tergantung kondisi sampah. Jika sampah kotor atau belum dibersihkan maka harganya akan lebih murah dari yang telah ditentukan.

Hari itu, artinya Keminah telah menabung sebesar Rp 12.000 untuk 2 kg botol plastik dan 4 kg kardus. Uang ribuan hingga puluhan ribu dari hasil sampah yang dibawanya tak langsung diambilnya. “Dikumpulin dulu, kalau sudah banyak baru diambil. Kemarin pas lebaran terkumpul Rp 300.000. Saya ambil uangnya lumayan,” kata Keminah.

Keminah adalah ibu rumah tangga dan sehari-hari bekerja di warung. Jika ada botol minuman bekas di warung, ia akan memungutnya dan dikumpulkan ke dalam karung. “Kalau lagi jalan, ketemu botol bekas di jalanan gitu yang dibuang orang sembarangan juga suka saya ambilin,” ujarnya.

 Setelah terkumpul satu karung penuh, ia akan membawanya sendiri ke bank sampah. Atau kalau tidak sempat, petugas bank sampah sendiri yang akan mengambil ke rumah warga.

Kegiatan ini rutin dilakukan Keminah selama satu tahun lebih.  Keminah harus berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suaminya sudah hampir tiga tahun berada di rumah saja karena sakit stroke.

Kini Keminah kembali ingin memenuhi isi tabungannya di bank sampah. Sejak lebaran, sisa saldo tabungan Keminah hingga Selasa (24/11/2015) tersisa Rp 50.000.

Demikian pula dengan Eva, tetangga Keminah. Sejak menjadi nasabah di bank sampah, Eva belum pernah mengambil uang tabungannya. Dari hasil sampah rumah tangga yang dikumpulkannya, Eva sudah menabung Rp 375.000. Nasabah juga bisa melakukan pembayaran listrik dan air melalui bank sampah.

Sampah yang telah terkumpul nantinya akan dijual ke pengepul, salah satunya di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Sampah lainnya kadang dijadikan warga sebagai barang kerajinan.

Para nasabah dilayani oleh pengurus bank sampah yang bekerja secara sukarela. Ada 12 pengurus bank sampah mulai dari bendahara, sekretaris, pemasaran, antar jemput barang, sortir barang,  hingga teller.

“Di sini kerja sambilan, kerja sosial saja. Makanya banyak bank sampah lain yang tidak berjalan,” ujar Manager BSKPL Sugeng Triyono.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com