Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2016, 11:40 WIB

KOMPAS.com - Diabetes merupakan salah satu penyakit yang pada awalnya tidak menimbulkan gejala. Karena perjalanan penyakitnya bisa bertahun-tahun, banyak orang tidak menyadari dirinya menderita diabetes sampai akhirnya timbul komplikasi.

Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah besar atau pembuluh darah kecil.

Menurut dr.Em Yunir Sp.KD-KEMD, proses kerusakan tersebut tidak berlangsung satu persatu, tetapi berbarengan. "Ada pasien yang sudah mengalami kerusakan pada saraf matanya dan juga kaki. Ada yang datang-datang ginjal dan jantungnya sudah bermasalah," katanya dalam acara temu media yang diadakan oleh PT.Roche Indonesia di Jakarta (30/8/16).

Ia mengatakan, hampir 7 dari 10 pasien diabetes di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta sudah datang dengan kondisi komplikasi. "Karena mereka masuknya ke rumah sakit rujukan. Kondisi itu juga ditemukan di seluruh rumah sakit tipe A dan B di provinsi," ujarnya.

Menurut data Perhimpunan Endikronologi Indonesia (PERKENI) tahun 2012 di rumah sakit provinsi yang ada dokter endokrinologinya, kasus komplikasi diabetes terbanyak adalah kerusakan saraf kaki (periferal neuropati) 59 persen, disfungsi ereksi (32 persen), kerusakan saraf mata (29 persen), penyakit jantung (22 persen), dan ginjal (14 persen).

"Pada pasien cuci darah, sekitar 30 persennya karena diabetes, jadi komplikasinya kerusakan ginjal," kata Em Yunir.

Pengendalian kadar gula darah adalah kunci untuk menghindari atau memperlambat munculnya berbagai komplikasi tersebut. Namun, pengendalian itu sulit dilakukan sebagian besar penyandang diabetes di Indonesia.

Target nilai HbA1C atau rata-rata kadar gula darah dalam tiga bulan adalah kurang dari 7 persen, tetapi menurut Em Yunir, hanya 30 persen pasien yang memiliki nilai HbA1C sesuai target.

"Rata-rata pasien nilainya 8,3 persen. Ini berarti mereka beresiko tinggi komplikasi," imbuh Ketua Divisi Metabolik Endikronologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Munculnya komplikasi juga memperbesar biaya perawatan. Di Indonesia, pada 2010 komplikasi meningkatkan biaya perawatan hingga 22,5 kali dibandingkan penyandang diabetes tanpa komplikasi.

"Saat ini penyakit hipertensi dan diabetes jadi prioritas utama BPJS Kesehatan untuk dikelola lebih baik," katanya.

Menurut Em Yunir, dalam waktu dekat PERKENI akan meluncurkan buku panduan untuk dokter umum dan dokter spesialis dalam pengelolaan diabetes. Misalnya saja cara memilih obat sesuai dengan kadar HbA1c, pemeriksaan gula darah, dan sebagainya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com