Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/12/2016, 13:31 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

KOMPAS.com- Gigi berlubang sering dianggap sepele. Padahal, masalah ini dapat memicu timbulnya berbagai penyakit lain, mulai dari masalah pencernaan hingga serangan jantung. Apa pencegahan yang harus dilakukan?

“Proses mengunyah yang tidak sempurna di rongga mulut juga bisa memicu masalah pencernaan di usus dan lambung,” ujar Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia Pusat, Udijanto Tedjosasongko, seperti dikutip Kompas.com, Rabu (2/11/2016).

Pada tahap awal, lanjut Udjianto, gigi berlubang mengganggu kenyamanan makan dan dapat mengurangi nafsu makan. Jika dibiarkan, tubuh sangat mungkin kekurangan nutrisi.

Lebih dari itu, bakteri di gigi berlubang dapat menjadi tempat berkembang biak bakteri patogen yang menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah. Lambat laun, plak tersebut bisa mengakibatkan penyumbatan sehingga memicu serangan jantung.

Semua risiko di atas sebenarnya bisa dihindari dengan satu kebiasaan sederhana, yaitu menyikat gigi secara benar. Apa saja yang harus diperhatikan?

Pertama, soal pemilihan waktu menyikat gigi. Menurut Profesor dari UCLA School of Dentistry, Edmond R Hewlett, menyikat gigi sebaiknya dilakukan dua kali sehari.

Waktu terbaik untuk melakukannya, sebut Hewlett, adalah pada saat bangun tidur dan sebelum tidur. Kenapa?

Thinkstockphotos Ilustrasi

Selama orang tidur, ungkap Hewlett, produksi air liur yang berfungsi untuk membasuh bakteri dan sisa makanan di mulut berkurang. Akibatnya, penyebaran kuman meningkat.

Lalu, menyikat gigi dilakukan sebelum tidur untuk menghilangkan bakteri dari sisa makanan yang telah dikonsumsi pada hari itu.

Sikat gigi harus menjadi hal terakhir yang disentuh oleh gigi (setelah makan) pada malam hari,” ucap Hewlett, seperti dikutip prevention.com, Kamis (26/3/2015).

Selain masalah pemilihan waktu, teknik dalam menyikat gigi juga perlu diperhatikan.

Pertama-tama, kata Hewlett, posisikan gagang sikat gigi agak miring hingga bulu-bulu sikat sedikit menyentuh ujung permukaan gusi. Lalu, sikat gigi dengan gerakan memutar untuk menghilangkan plak yang mungkin menempel.

“Sebaiknya setiap kuadran gigi disikat selama lebih kurang 30 detik agar bakteri hilang,” ujar Hewlett.

Selain itu, pastikan sikat gigi berada pada posisi vertikal saat menyikat bagian belakang gigi. Hewlett mengatakan, posisi sikat gigi seperti ini lebih mudah menjangkau seluruh bagian gigi.

Jenis sikat gigi

Hewlett melanjutkan, memilih jenis sikat gigi yang tepat juga penting untuk dilakukan. Sebaiknya, jangan memilih sikat gigi berbulu kasar. Sikat gigi seperti ini dapat membuat lapisan gusi menipis hingga bagian permukaan akar atau dasar gigi terlihat.

thinkstock/ingrampublishing Ilustrasi sikat gigi

“Bagian akar (gigi) tidak sekuat email, jadi mudah berlubang bila sering disikat dengan bulu kasar,” ucap Hewlett.
 
Selain itu, imbuh Hewlett, sebaiknya sikat gigi yang dipilih dapat menjangkau sela-sela gigi dan bagian belakang mulut. Kedua area ini merupakan tempat berkumpulnya bakteri.

Sikat gigi dengan tangkai agak membengkok pada bagian leher dapat dipilih agar mudah menjangkau bagian belakang mulut. Pepsodent Deep Clean, misalnya, memiliki leher sikat tiga sudut sehingga dapat membantu membersihkan gigi bagian belakang.

Sikat gigi tersebut juga memiliki bulu sikat berbentuk “V” sehingga mudah masuk ke sela-sela gigi. Ditambah lagi, sikat gigi ini dilengkapi karet lunak untuk membersihkan lidah.
 
Jika waktu dan teknik menggosok gigi sudah berpasangan dengan pilihan sikat gigi yang tepat, risiko masalah kesehatan yang bermula dari masalah gigi bisa dicegah pula. Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com