KOMPAS.com – Masyarakat Indonesia tak asing lagi dengan tindakan sunat atau khitan.
Prosedur pembedahan yang bertujuan untuk membuang kulit penis bagian luar yang menutupi kepala penis itu telah jamak dilakukan masyarakat Tanah Air dengan beragam alasan.
Ada yang terdorong karena melaksanakan tradisi budaya.
Ada yang karena patuh terhadap keyakinan agama. Ada juga yang tertarik karena paham akan manfaat sunat bagi kesehatan.
Dalam praktiknya, sunat di Indonesia dan mungkin sama di beberapa negara lain di dunia, dijalani oleh kaum laki-laki di usia yang bervariatif.
Cukup banyak laki-laki yang disunat tidak lama setelah lahir.
Baca juga: Menekan Risiko Komplikasi dengan Metode Sunat Modern
Ada juga orangtua yang memutuskan sang buah hati disunat setelah memasuki usia sekolah.
Beberapa laki-laki bahkan diketahui baru disunat setelah beranjak dewasa.
Terkait hal ini, banyak orang mungkin menyimpan pertanyaan mengenai usia ideal laki-laki disunat?
Beberapa di antaranya bisa jadi juga pensaran mengenai kebenaran anggapan bahwa makin tua laki-laki, kian alot kulit ujung penisnya untuk disunat.
Menjawab hal itu, Dokter Umum RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dr. Dien Kalbu Ady, membenarkan jika makin tua laki-laki, maka kian alot pula bagian kulup atau kulit kepala penisnya.
Hal tersebut disebakan oleh keberadaan jaringan kolagen kulit yang semakin matang saat usia laki-laki semakin dewasa.
Baca juga: Sunat Tanpa Jarum Suntik Bikin Anak Lebih Nyaman
“Semakin dewasa orang, maka jaringan kolagen kulitnya cenderung semakin matang,” jelas Dokter Dien saat diwawancara Kompas.com (25/12/2019).
Namun, menurut dia, tak ada kata terlambat bagi mereka yang sudah dewasa untuk melaksanakan sunat.
Pasalnya, kini telah tersedia banyak metode sunat modern yang bisa dipilih untuk mengatasi beragam kondisi.