Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Transplantasi Rahim Bisa Berfungsi untuk Mengandung

Kompas.com - 14/04/2025, 13:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber BBC
Daftar Isi
Tutup

KOMPAS.com - Transplantasi rahim kini bukan lagi mimpi, namun telah menjadi kenyataan yang mengubah hidup. Bayi-bayi pun berhasil dilahirkan dengan sehat. Beginilah cara kerja prosedur yang luar biasa ini.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, kesulitan hamil secara alami (infertilitas) memengaruhi 1 dari 6 orang di seluruh dunia. Ada banyak penyebab infertilitas, baik dari sisi pria maupun wanita. Akan tetapi, tersedia juga berbagai pilihan untuk membantu pembuahan dan kehamilan.

Namun, bagi wanita dengan infertilitas karena kondisi uterus absolut (AUFI), situasinya lebih sulit. Mereka tidak memiliki rahim (mungkin karena kelainan genetik dan terlahir tanpa rahim, atau pernah menjalani histerektomi pada usia sebelum memulai keluarga), atau pun tidak memiliki rahim fungsional yang mampu mengandung.

Diperkirakan 1 dari 500 perempuan di dunia mengalami kondisi AUFI. Hingga saat ini, satu-satunya pilihan bagi mereka untuk memulai sebuah keluarga adalah melalui ibu pengganti (surogate) atau adopsi.

Baca juga: Hubungan Seks Usia Dini Beresiko Kanker Leher Rahim

Namun, banyak wanita yang mengalami AUFI ingin mengandung dan melahirkan anak mereka sendiri. Dan sains kini telah memungkinkan hal itu, berkat transplantasi rahim, sebuah prosedur yang terus dikembangkan para ilmuwan selama 25 tahun terakhir.

Tidak semua perempuan cocok untuk menjalani transplantasi rahim. Beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain berusia kurang dari 38 tahun, memiliki berat badan sehat, sudah menikah, serta memiliki saluran indung telur yang berfungsi dan mampu menghasilkan sel telur.

Transplantasi rahim sejauh ini

Data tahun 2023 menunjukkan, 90 wanita di seluruh dunia telah menerima transplantasi rahim yang menghasilkan 49 bayi. Perkembangan bayi-bayi tersebut terus dipantau karena satu-satunya tujuan transplantasi rahim adalah untuk kelahiran bayi yang sehat dan hidup.

Baca juga: Tanda Gangguan Kesuburan pada Perempuan

Hal ini menjadi sangat relevan dan menjanjikan karena bayi-bayi tersebut tumbuh dengan baik selama kehamilan, tanpa tanda-tanda gangguan pertumbuhan. Para bayi itu juga mampu mencapai tonggak perkembangan neonatal serta perkembangan sesuai usianya selama dua tahun masa pemantauan.

Seperti halnya transplantasi organ lainnya, cangkok rahim adalah operasi besar dengan kondisi yang rumit dan melibatkan tim medis dari berbagai disiplin ilmu.

Kedua wanita, donor dan penerima donor, memiliki risiko tersendiri. Karena itu keduanya harus menjalani persiapan medis dan psikologis pra-operasi untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan mereka optimal sehingga operasi dapat berjalan lancar.

Selain itu, kekhawatiran utama bagi penerima adalah kemungkinan tubuh ‘menolak’ rahim donor. Untuk menghindari hal ini, obat anti-penolakan dan pemantauan ketat pascaoperasi digunakan untuk meningkatkan peluang keberhasilan transplantasi.

Baca juga: Inseminasi: Solusi untuk Pasangan yang Kesulitan Hamil

Bagaimana rahim cangkok berfungsi

Operasi untuk mengambil rahim dari pendonor memakan waktu sekitar 8 jam 12 menit, sedangkan operasi pencangkokan memakan waktu 9 jam 20 menit.

Tahap tersulit dari prosedur ini adalah menjaga suplai darah, dan melakukan transplantasi serta menyambungkan kembali di tubuh penerima secepat mungkin. Aliran darah akan dipantau secara ketat selama prosedur dan pascaoperasi.

Baca juga: Respons Singkat Kapolri soal TNI Jaga Kejaksaan

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau