KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit musiman yang perlu diwaspadai.
Penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus.
Kedua jenis nyamuk itu membawa virus dengue setelah menghisap darah penderita DBD yang lebih dulu terinfeksi virus tersebut.
Baca juga: Tak Hanya Cantik, 7 Tanaman Hias Ini Usir Nyamuk DBD
Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan, setelah terinfeksi virus dengue, penderita biasanya mengalami gejala DBD seperti:
Beberapa orang terkadang tidak menyadari sedang menderita sakit DBD, lantaran gejala penyakitnya timbul tenggelam.
Salah satunya karena grafik suhu demam DBD mirip pelana kuda. Pada fase awal, tubuh penderita mengalami demam tinggi selama beberapa hari.
Begitu memasuki fase kritis, demam yang semula menjadi tanda utama penyakit hilang dengan sendirinya.
Dalam kondisi ini, Anda dituntut ekstra waspada agar DBD tidak berlanjut ke fase syok.
Baca juga: Kapan Masa Kritis Demam Berdarah (DBD)?
Menurut buku Demam Berdarah (2004) oleh Dr. Hindra I. Satari, Sp.A(K) dan Mila Meiliasari, cara mengobati DBD bisa dilakukan dengan segera membawa penderita ke dokter.
Terutama, setelah timbul demam disertai beberapa gejala awal yang disebutkan di atas.
Biasanya, dokter akan memberikan resep obat penurun demam untuk menjaga suhu tubuh stabil.
Melansir buku Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah (2007) oleh Dr. Handrawan Nadesul, demam DBD sejatinya bukan demam istimewa.
Untuk menjaga suhu tubuh stabil, pasien biasanya diberi obat penurun panas.
Namun, pasien DBD biasanya tidak diberi obat antidemam golongan asam salisilat dan ibu profen.
Kedua golongan obat tersebut dapat memicu pendarahan saat dikonsumsi penderita DBD.