Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kondisi Otak saat Kita Kecanduan Makanan?

Kompas.com - 03/12/2020, 16:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Saat stres, otak seringkali mengidam makanan tertentu. Celakanya, makanan yang diidam-idamkan itu seringkali tak sehat atau tidak mengandung gizi.

Meski pikiran tahu bahwa makanan tersebut tak sehat, beberapa bagian otak lainnya nampaknya tidak setuju.

Selain itu, makanan tak sehat - seperti junk food - dapat merangsang sistem penghargaan di otak. Cara kerjanya serupa dengan obat-obatan adiktif.

Bagi orang yang rentan, makan junk food dapat menyebabkan kecanduan, yang memiliki dasar biologis serupa dengan kecanduan narkoba.

Baca juga: Mengapa Stres Membuat Kita Rentan Jatuh Sakit?

Yang terjadi pada otak saat kecanduan makanan

Otak memiliki salah satu sistem yang disebut sistem penghargaan. Sistem ini dirancang untuk memberi penghargaan pada otak ketika seseorang melakukan hal-hal yang mendorong kelangsungan hidupnya, salah satunya makan.

Otak tahu bahwa ketika seseorang makan, mereka melakukan sesuatu dengan benar. Setelah itu, otak melepaskan bahan kimia yang membuat perasaan enak dalam sistem penghargaan.

Bahan kimia ini antara lain neurotransmitter dopamin, yang diartikan otak sebagai kesenangan.

Otak dirancang untuk mencari perilaku yang melepaskan dopamin dalam sistem penghargaan.

Mengonsumsi junk food bisa membuat sistem penghargaan menjadi kuat dibandingkan dengan mengonsumsi makanan sehat.

Ketika seseorang berulang kali melakukan sesuatu yang memicu pelepasan dopamin dalam sistem penghargaan, reseptor dopamin dapat mulai menurun.

Padahal, reseptor dopamin diperlukan untuk menjaga keseimbangan. Reseptor dopamin yangmenurun juga bisa menyebabkan seseorang mengidammakanan

Ketika ada lebih sedikit reseptor, otak akan membutuhkan lebih banyak dopamin diperlukan untuk mencapai efek yang sama. Hal ini bisa memicu keinginan makan yang lebih besar, atau disebut dnegan toleransi.

Reseptor dopamin yang menurun juga turut mengurangi aktivitas dopamin. Akibatnya, rasa bahagia berkurang ketika kita tidak bisa mendapatkan makanan yang diinginkan. Kondisi ini bisa disebut dengan gejala penarikan.

Seiring waktu, kecanduan makanan dapat menyebabkan masalah fisik dan psikologis.

Orang yang mengalami kecanduan makanan kemungkinan besar dipicu oleh depresi atau kecemasan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau