Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Gejala DBD (Demam Berdarah) pada Anak yang Pantang Disepelekan

Kompas.com - 24/11/2021, 09:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu masalah kesehatan yang rawan menyerang anak-anak di musim penghujan.

Gejala demam berdarah pada anak terkadang mirip dengan flu, sehingga masalah kesehatan ini terlambat dideteksi.

Padahal, penanganan medis yang tepat penting untuk mengatasi demam berdarah.

Baca juga: 12 Gejala DBD (Demam Berdarah), Tak Hanya Demam Tinggi

Untuk meningkatkan kewaspadaan pada masalah kesehatan yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini, kenali beberapa ciri-ciri DBD pada anak, cara mengatasi, sampai kapan perlu waspada dengan penyakit ini.

Gejala DBD pada anak

Melansir Baby Centre, ada beberapa tanda demam berdarah pada anak yang biasanya dirasakan penderitanya, antara lain:

Demam tinggi, suhu tubuh bisa mencapai 40 derajat Celsius

  • Rewel dan gelisah
  • Badan lemas dan kerap mengantuk
  • Sering menangis
  • Gusi pendarahan atau hidung mimisan
  • Muncul ruam di kulit
  • Sering muntah, bisa sampai tiga kali sehari
  • Bagian belakang mata terasa sakit, terutama saat bola mata digerakkan
  • Badan terasa sakit karena nyeri otot dan sendi
  • Sakit kepala
  • Tidak selera makan, atau enggan menyusu
  • Mual-mual

Gejala demam berdarah pada anak biasanya muncul selang empat sampai sepuluh hari setelah si kecil digigit nyamuk Aedes Aegypti yang terinfeksi virus dengue.

Baca juga: 3 Pemeriksaan Demam Berdarah (DBD)

Cara mengatasi DBD pada anak

Jika Anda mendapati beberapa gejala DBD pada anak, segera konsultasikan ke dokter agar dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter biasanya juga menyarankan tes darah untuk memastikan diagnosis.

Tidak ada obat khusus untuk demam berdarah. Dokter biasanya meresepkan obat parasetamol untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri.

Anda juga dapat mengupayakan beberapa cara mengatasi DBD pada anak berikut:

  • Pastikan anak cukup istirahat
  • Berikan banyak cairan untuk diminum anak agar tidak dehidrasi, selain itu pastikan Anda mendapatkan makanan bergizi agar proses pemulihan penyakitnya bisa berjalan optimal
  • Kompres demam anak agar suhu tubuhnya lekas turun

Selain beberapa cara di atas, orangtua dan pengasuh juga perlu waspada dengan perubahan kondisi tubuh anak ketika menjalani proses pemulihan ketika terkena penyakit demam berdarah.

Baca juga: 9 Penyebab Trombosit Turun, Tak Selalu DBD (Demam Berdarah)

Kapan perlu waspada dengan gejala DBD pada anak?

Ketika anak terkena penyakit DBD, para orangtua dan pengasuh tak boleh lengah.

Pasalnya, demam berdarah memiliki fase mirip pelana kuda. Di tahap awal penyakit, pasien akan tampak sangat sakit kemudian demam turun, sehingga banyak orang menganggap penyakit sudah sembuh.

Pada saat demam turun di bawah 38 derajat Celsius ini, terkadang beberapa penderita DBD yang tidak mendapatkan penanganan medis tepat mulai mengalami komplikasi yang berpotensi fatal.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Anda perlu segera membawa si kecil ke rumah sakit apabila gejala DBD pada anak sampai menyebabkan:

  • Sakit perut parah
  • Muntah terus menerus
  • Napas jadi pendek-pendek atau cepat
  • Muntah darah
  • Gelisah terus-menerus
  • Sangat lemas atau tidak sadarkan diri

Beberapa gejala DBD pada anak di atas menunjukkan demam berdarah memasuki fase kritis.

Di fase kritis DBD ini, penderita demam berdarah membutuhkan observasi dan perawatan medis tepat setidaknya selama 24-48 jam. Tujuannya, untuk mencegah komplikasi sampai kematian.

Baca juga: 4 Ciri-ciri Bintik Merah Demam Berdarah (DBD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau