Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Covid-19 Eris Masuk Indonesia, Kenali Gejalanya

Kompas.com - 08/08/2023, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Varian Covid-19 Eris sudah terdeteksi masuk di Indonesia beberapa bulan lalu, sebelum menyebabkan lonjakan kasus di Inggris.

Pakar epidemioogi Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa Covid-19 sub-varian baru bernama Eris sudah cukup lama masuk di Indonesia.

"Data menunjukkan, EG.5.1 atau Eris sampel pertama itu paling awal tercatat di Jakarta, Indonesia, dan itu di awal-awal Maret," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com pada Senin (7/8/2023).

Baca juga: Kenali Eris, Varian Omicron yang Tingkatkan Kasus Covid-19 di Inggris

Dicky menerangkan, subvarain Omicron EG.5.1 tersebut sudah menyebar ke Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, kurang lebih ada 36 negara.

Mengutip The Independent pada Senin (7/8/2023), data UK Health Security Agency (UKHSA) menunjukkan Eris menjadi varian kedua terbanyak di Inggris yang menyebabkan infeksi Covid-19, setelah Arcturus.

Lonjakan kasus Covid-19 diperkirakan hampir 200.000 pada Juli. Pada 4 Juli, kasus tercatat 606.656 naik menjadi 785.980 pada 27 Juli, menurut data The Zoe Health Study, yang memperkirakan angka infeksi Covid-19 di Inggris.

Baca juga: 10 Gejala Eris, Varian Omicron Baru yang Perlu Diketahui

Apa itu varian Eris?

Dikutip dari USA Today, Eris adalah sebutan untuk EG.5.1, sebuah varian dari Omicron (B.1.1.529).

WHO sudah mencatat Eris sebagai varian yang sedang dipantau (variant under monitoring/VUM), tetapi belum sebagai varian yang menjadi perhatian (variant of concern/VOC).

Varian Covid-19 ini sudah ditambahkan dalam daftar pantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah garis keturunan EG.5 (E.G5#).

Baca juga: Kenali Apa Itu Konjungtivitis pada Varian Covid-19 Arcturus

Menurut UKHSA, Eris awalnya muncul sebagai varian yang sedang dipantau pada 3 Juli 2023 karena meningkatnya laporan kasus Covid-19 secara internasional, khususnya di Asia.

Kepala perawatan primer dan kesehatan masyarakat di Imperial College London, Profesor Azeem Majeed mengatakan, tidak terlalu mengkhawatirkan varian Eris.

"Saya tidak merasa bahwa orang harus terlalu khawatir dengan peningkatan kasus Covid-19 baru-baru ini. Jumlah kasus memang akan berfluktuasi dan akan ada periode ketika jumlah kasus di Inggris meningkat,” ujarnya.

Dikutip dari Metro, kepala imunisasi di UKHSA, Dr Mary Ramsay mengatakan bahwa Eris tidak lebih berbahaya dari pada kasus Omicron sebelumnya. Meski, kasus Covid-19 dalam laporan mingguan terus meningkat di Inggris.

Baca juga: 8 Gejala Varian Covid-19 Arcturus yang Perlu Diwaspadai

Apa saja gejala Covid-19 Eris?

Mengutip Metro, gejala Covid-19 Eris mirip dengan varian Omicron. Berikut macam gejala Covid-19 Eris, menurut The Zoe Health Study:

  • Sakit tenggorokan
  • Pilek
  • Hidung tersumbat
  • Bersin
  • Batuk tanpa dahak
  • Sakit kepala
  • Batuk berdahak
  • Suara serak
  • Sakit atau nyeri otot
  • Indra penciuman yang berubah

Baca juga: Mengenal Kraken, Sub-Varian Covid-19 Terbaru yang Paling Menular

Gejala tradisional seperti sesak napas, kehilangan penciuman dan demam kini jauh lebih jarang.

Jika Anda mengalami gejala Covid-19 seperti di atas, Anda perlu periksa ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang pasti dan pengobatan segera.

Meski gejala Covid-19 Eris terlihat seperti penyakit ringan biasa, tidak ada salahnya untuk waspada demi kesehatan Anda dan orang terdekat Anda.

Baca juga: Rekam Jejak 10 Varian Covid-19 dari Alpha hingga Omicron

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau