BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan HIT

Jadi Ancaman Anggota Keluarga, Ini Cara Buat Rumah Bebas Nyamuk DBD

Kompas.com - 18/08/2023, 20:01 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penderita DBD berjumlah 131.265 kasus pada 2022. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai 73.518 orang.

Peningkatan juga terjadi pada jumlah kematian akibat DBD, yakni 1.183 orang pada 2022 dari sebelumnya 705 orang pada 2021.

Adapun jumlah kasus baru atau kematian tertinggi terjadi di Jawa Barat (Jabar). Kasus infeksi DBD di Jabar mencapai 33.400 orang dengan jumlah kematian 285 orang.

Selanjutnya, disusul Jawa Timur (Jatim) dengan jumlah penderita sebesar 12.123 orang dan kematian 132 orang. Posisi berikutnya ditempati Jawa Tengah (Jateng) dengan jumlah kasus 12.047 orang dan angka kematian 249 korban jiwa.

Baca juga: 7 Ciri-ciri Demam Berdarah pada Orang Dewasa

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Didik Budijanto mengatakan, kesadaran masyarakat dalam mengendalikan DBD tidak boleh mengendur. Pasalnya, risiko penularan penyakit ini semakin meningkat pada musim hujan.

Untuk mencegah DBD, masyarakat bisa melakukan lima hal berikut.

1. Maksimalkan sirkulasi udara dan cahaya

Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus penyebab DBD cenderung lebih aktif di area yang gelap, lembap, serta tidak berventilasi atau berangin lemah.

Agar kedua nyamuk tersebut tidak nyaman berkembang biak di rumah, Anda perlu menjaga udara tetap segar dan bergerak.

Selain itu, akses sinar matahari ke rumah perlu pula diperhatikan. Sebab, sinar matahari dapat membantu mengeringkan area yang lembap. Area ini merupakan tempat favorit nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.

Untuk itu, sering-sering membuka jendela dan pintu agar udara segar mengalir melalui rumah atau menggunakan kipas angin untuk mengedarkan udara.

Agar sinar matahari tidak terhalangi, Anda bisa memangkas vegetasi di sekitar rumah yang menghalangi cahaya dan menghambat aliran udara.

2. Membuang barang-barang yang dapat menampung air

Barang-barang yang dapat menampung air di halaman atau pekarangan rumah dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Sebut saja ban bekas, botol plastik, kaleng, penampung air hujan, serta ember.

Barang-barang tersebut merupakan tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan berkembang biak. Jika ada air tergenang, segera kosongkan untuk menghindari potensi nyamuk berkembang biak.

Baca juga: 2 Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Berdarah Dengue

Jika memiliki tempat penampungan air seperti bak mandi atau tempat penampungan air hujan, pastikan penutupnya tertutup dengan rapat. Hal ini akan mencegah nyamuk masuk dan bertelur di dalam.

Selain barang-barang penampung air, pastikan juga untuk membersihkan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk, seperti penjuru-penjuru pekarangan yang kotor dan memiliki cekungan.

3. Menerapkan 3M plus

Cara lain yang juga efektif mengusir nyamuk adalah menghilangkan tempat perkembangbiakannya. Sejumlah tempat perkembangbiakan nyamuk di antaranya adalah bak mandi, tempat penampungan air, kolam ikan atau air mancur, serta tempat minum hewan peliharaan.

Salah satu metode yang dikenal ampuh untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk adalah 3M plus. Adapun 3M merupakan singkatan dari menguras, menutup, mengubur atau mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Anda bisa menguras wadah yang dapat menampung air secara teratur, seperti ember, vas bunga, atau bak mandi burung. Pasalnya, nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menyukai tempat-tempat berair seperti itu untuk bertelur.

Baca juga: 6 Gejala Demam Berdarah dan Pertolongan Pertama yang Perlu Dilakukan

Selanjutnya, tutup tempat penampungan air, seperti bak mandi dan ember, dengan rapat. Jika tidak digunakan, sebaiknya simpan terbalik untuk menghindari penumpukan air.

Langkah selanjutnya adalah mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air, seperti kaleng atau botol plastik. Pastikan barang-barang bekas tersebut dikubur atau didaur ulang dengan benar agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Adapun “plus” pada 3M plus merupakan upaya tambahan untuk mengusir nyamuk di rumah. Salah satunya, Anda bisa menyemprotkan obat nyamuk aerosol.

Obat nyamuk aerosol efektif membasmi nyamuk di rumah. Pasalnya, produk ini mengandung insektisida jenis pyrethroid yang dapat membunuh nyamuk dengan cepat dan efisien.

Setidaknya terdapat tiga kelebihan menyemprotkan pembasmi nyamuk aerosol. Pertama, efektif dan cepat. Obat nyamuk aerosol mampu melumpuhkan dan membunuh nyamuk dalam hitungan detik. Produk ini juga terbukti efektif membunuh nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) yang berbahaya bagi kesehatan.

Anda dapat menyemprotkan produk aerosol di area yang biasa dilalui nyamuk, seperti teras, ruang keluarga, serta kamar tidur.

Kedua, praktis dan mudah digunakan. Untuk menggunakan produk aerosol, Anda hanya perlu menekan tombol semprot. Selanjutnya, obat nyamuk aerosol yang mengandung insektisida akan bekerja membunuh nyamuk, lalat, serta serangga lain. Dengan demikian, Anda tidak perlu repot-repot menyalakan obat nyamuk bakar atau mengoleskan losion antinyamuk pada tubuh.

Ketiga, bervariasi dan menyegarkan. Produk obat nyamuk aerosol biasanya memiliki berbagai varian aroma, seperti orange, lily blossom, pink blossom, serta citrus. Aroma-aroma ini dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan bagi penghuni rumah.

Meski efektif mengusir nyamuk, Anda harus menggunakan obat nyamuk aerosol dengan bijak. Baca dan ikuti petunjuk penggunaan sebelum menggunakannya. Jangan lupa juga untuk menggunakan produk aerosol sesuai dosis yang dianjurkan.

Selain itu, pastikan ruangan yang akan disemprot memiliki ventilasi yang baik. Buka jendela atau pintu untuk memastikan sirkulasi udara yang cukup.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com