Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Rekomendasi Pemberian MPASI Menurut WHO, Apa Saja?

Kompas.com - 24/10/2024, 07:30 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

Sumber Antara, Unicef

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang tua, pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) bisa menjadi momen menyenangkan sekaligus menantang.

Ayah dan bunda tentu ingin berupaya memberi si kecil menu makanan yang terbaik, baik dari segi gizi maupun rasa dan penyajiannya.

Nah, dalam hal ini, orangtua dapat mengikuti anjuran atau rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

East Asia and Pacific Regional Consultant UNICEF Alissa Pries, mengatakan bahwa ada tujuh rekomendasi global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait praktik pemberian MPASI.

Baca juga: Panduan Pemberian Camilan pada Anak Saat MPASI Menurut IDAI

Pertama, ia menjelaskan bahwa inti dari pemberian MPASI adalah asupan ASI. Oleh karena itu, selain diberi MPASI, pemberian ASI harus terus dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun atau lebih untuk memenuhi asupan energi dan zat gizinya.

"Ini berdasarkan bukti bahwa ASI terus menyediakan zat gizi dan energi yang dibutuhkan untuk anak dalam dua tahun kehidupannya," kata Alissa seperti ditulis Antara, Rabu (23/10/2024).

Kedua, untuk bayi yang diberi susu selain ASI, dapat mengonsumsi susu formula dan hewani saat berusia 6-11 bulan. Namun, saat berusia 12-23 bulan, hanya susu hewani yang dapat diberikan sedangkan susu formula lanjutan atau susu balita tidak dianjurkan.

Ketiga, bayi harus diperkenalkan dengan MPASI pada usia 180 hari atau enam bulan sambil tetap diberi ASI. Allisa memaparkan penundaan pemberian MPASI berisiko dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak.

Rekomendasi MPASI yang keempat yaitu bayi usia 6-23 bulan harus diberi MPASI dengan varian beragam. Ia menekankan tiga jenis makanan sebagai sumber energi dan gizi yakni makanan hewani seperti daging, ikan, atau telur yang diberikan setiap hari.

Kemudian ada buah dan sayur yang juga diberikan setiap hari serta kacang-kacangan yang dikonsumsi sesering mungkin, terutama apabila sumber makanan hewani terbatas dalam pola makan bayi.

Baca juga: Apakah MPASI Boleh Diberi Bumbu? Simak Penjelasan Ahli Berikut...

Anjuran berikutnya yaitu menghindari makanan dan minuman tidak sehat, seperti yang mengandung gula, garam, dan lemak trans.

Konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat, kata Allisa, berkaitan dengan risiko kekurangan gizi, kelebihan berat badan, hingga membiasakan pola makan yang tidak sehat.

"Ada bukti yang menunjukkan bahwa produk-produk ini terkait dengan kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan dapat membentuk pemilihan rasa sehingga akan membentuk pola makan yang tidak sehat dalam jangka panjang," paparnya.

Keenam, apabila kebutuhan gizi bayi tidak dapat dipenuhi dengan makanan yang tidak difortifikasi, bayi berusia 6-23 bulan dapat memperolehnya dari suplemen atau produk makanan yang difortifikasi.

"Konsumsi makanan pendamping berbasis biji-bijian sereal yang difortifikasi dibandingkan dengan tidak mengonsumsinya, dapat meningkatkan indikator status zat besi termasuk juga meningkatkan kemampuan mental dan motorik mereka," kata Allisa.

Ketujuh, anak usia 6-23 bulan harus diberi makan secara responsif yakni praktik pemberian makan yang mendorong anak untuk makan secara mandiri.

Hal ini bertujuan untuk merespons fisiologis dan perkembangan yang dapat mendorong anak bisa mengendalikan diri saat makan, mendukung fungsi kognitif emosional, dan kognitif pembangunan sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau