Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2014, 07:10 WIB

Tak dipungkiri, prasangka orang terhadap pasangan suami-istri (pasutri) yang belum juga mendapatkan momongan setelah cukup lama menikah terkesan negatif.

Pasutri yang mengalaminya pun akan berpikir balik tentang bagaimana pandangan orang terhadap mereka, sehingga muncullah rasa was was, cemas, tidak nyaman bahkan barangkali jengkel.

Apalagi bagi seorang wanita, akan menjadi sangat sensitif ketika mengalami penantian panjang untuk bisa hamil. Bahkan, pertanyaan yang mungkin terucap secara iseng seperti: sudah isi belum? Kapan nih dapet keponakan? Kok belum hamil juga?, isa menjadi hal yang sangat menyedihkan dan menimbulkan rasa bersalah bagi wanita yang tak kunjung hamil setelah sekian lama menikah.

Kondisi ketidakmampuan wanita menikah untuk hamil setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 1 tahun, atau 6 bulan pada wanita berusia > 35 tahun disebut sebagai infertilitas (ketidaksuburan). Wanita menikah yang telah hamil, namun kehamilannya tidak bisa bertahan, juga bisa dikatakan infertil (tidak subur).

Kehamilan dapat terjadi jika terjadi proses berikut: tubuh wanita melepaskan sel telur dari salah satu indung telur (ovulasi), sel telur tersebut akan berjalan melewati tuba falopi menuju uterus (rahim), selama perjalanan tersebut harus ada sperma dari pria yang akan bergabung (membuahi) dengan sel telur, dan sel telur yang telah dibuahi akan menempel ke bagian dalam uterus (implatansi). Adanya gangguan/masalah di salah satu proses tersebut dapat menyebabkan infertilitas.

Kebanyakan kasus infertilitas pada wanita disebabkan oleh adanya gangguan/masalah pada proses ovulasi. Tanpa ovulasi, tidak ada sel telur untuk dibuahi. Proses ovulasi yang tidak normal seringkali ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak menstruasi (amenorrhea).

Gangguan pada proses ovulasi tersebut sering disebabkan oleh polycystic ovarian syndrome (PCOS), yaitu kondisi ketidakseimbangan hormon. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh primary ovarian insufficiency (POI) yang terjadi ketika indung telur tidak berfungsi sebelum berusia 40 tahun. POI tidak sama dengan menopause dini.

Penyebab lainnya, antara lain: tuba falopi tersumbat akibat penyakit radang panggul (pelvik), endometriosis, atau operasi pada kehamilan ektopik; kelainan pada uterus dan adanya benjolan jinak yang berisi gumpalan jaringan atau otot pada dinding uterus (uterine fibroid).

Risiko infertilitas pada wanita juga dapat meningkat karena beberapa faktor berikut: usia, kebiasaan merokok dan minum alkohol, stres, kurang gizi, teralu berat beraktivitas, berat badan terlalu rendah atau overweight, penyakit menular seksual.

Pada wanita, pemeriksaan untuk mengetahui infertilitas diawali dengan pemeriksaan riwayat medis dan fisik oleh dokter. Pada pemeriksaan riwayat medis, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan seperti riwayat menstruasi, kehamilan, penyakit infeksi menular, dan penggunaan kontrasepsi.  Dari pemeriksaan ini, terkadang dokter dapat mencurigai penyebab infertilitas, namun perlu dipastikan dengan pemeriksaan lain misalnya pemeriksaan darah dan ultrasound.

Pemeriksaan darah biasanya digunakan untuk mengevaluasi proses ovulasi, yaitu meliputi : Thyroid-stimulating Hormone (TSH), Prolaktin, Luteinizing Hormone (LH), Folicle-stimulating Hormone (FSH), dan Progesteron. Sementara pemeriksaan ultrasound yang dilakukan, antara lain Hysterosalpingography (HSG) dan Laparoscopy.

Menemukan penyebab infertilitas pada wanita dapat menjadi proses yang panjang dan mungkin akan melelahkan secara emosional. Butuh waktu yang panjang untuk melakukan semua pemeriksaan yang dibutuhkan dan menemukan penyebab pastinya. Jadi, jangan khawatir jika tidak segera ditemukan masalah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau