Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2015, 17:20 WIB

KOMPAS.com - Dorongan seksual dan fantasi seksual umumnya memang meningkat di masa remaja. Walau demikian, sesungguhnya secara emosional mereka masih sangat jauh dari siap untuk aktivitas seks berikut segala konsekuensinya.

Ada banyak faktor yang membuat remaja mencoba-coba melakukan aktivitas seksual, tetapi banyak juga yang beralasan takut ditinggal pacar. Ruli (21), mengakui meski ia sudah tahu dampak seks pranikah, tapi ia tetap melakukannya karena takut kehilangan pacarnya.

"Karena saya sayang sama dia dan takut kehilangan kalau menolak," kata wanita yang melakukan seks pranikah saat ia duduk di bangku SMA ini.

Tekanan dari teman sebaya yang menganggap berhubungan seksual dengan pacar adalah gaya hidup modern juga ikut berperan dalam gaya pacaran remaja. Meski demikian, menurut psikolog Roslina Verauli, kontrol tetap ada pada diri remaja itu sendiri.

"Semua dimulai dari diri sendiri, terutama dalam memilih teman yang tepat. Teman yang baik pasti dapat membuat kita jadi pribadi yang lebih baik, bukan justru menjerumuskan," katanya.

Pengaruh teman sebaya memang sangat besar dalam perilaku anak. Remaja yang ingin berusaha menjaga keperawanannya mungkin dianggap kuno oleh teman-temannya. Dalam hal ini remaja perlu dibangun kepercayaan dirinya agar tidak mudah terpengaruh dan ikut-ikutan tren yang tidak sehat.

"Kepercayaan dirinya perlu dibangun melalui eksistensi atau pencapaian mereka di bidang tertentu yang mereka suka. Remaja juga sebaiknya punya aktivitas fisik dan olahraga secara rutin sehingga energi libido dapat tersalurkan," tambah psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo

Para remaja juga harus diberi pemahaman apa efek yang mungkin dihadapinya jika ia melakukan seks pranikah. Selain potensi penyakit menular, mereka juga harus mengetahui bahwa jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, membesarkan anak merupakan tanggung jawab yang serius.

Kehangatan relasi anak dengan orangtua, menurut Vera juga harus dibentuk sejak anak kecil sehingga mereka dengan mudah mengutarakan apa pun yang meresahkan, termasuk tentang seksualitas.

"Remaja juga perlu diajarkan untuk respect terhadap dirinya sendiri sehingga tidak sembarang membolehkan dan membiarkan apapun terjadi pada dirinya," kata Vera.

Menurut sebuah survei, banyak remaja melakukan hubungan seks yang belum waktunya itu di rumah karena tidak ada yang mengawasi. Karena itu anak harus diberi aturan untuk menghindari situasi berduaan di rumah atau kamar.

Meski demikian, terkadang sulit bagi remaja untuk menolak keinginan pacarnya. "Ajari anak untuk menunjukkan sikap tidak mau, menolak dengan tegas. Apa yang dikatakan atau ditunjukkan dari bahasa tubuh harus selaras. Kalau tidak justru akan memancing pasangannya," kata psikolog Anna Surti Ariani.

Jika sampai terjadi pemaksaan atau kekerasan dalam pacaran, remaja harus berani untuk melawan dan melindungi dirinya.  (Monica Erisanti/Purwandini Sakti Pratiwi)

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau