Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Berobat Gratis, Pasien Rela Antre sejak Pagi Buta

Kompas.com - 09/04/2015, 16:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengambil nomor antrean sejak pagi buta biasa dilakukan para peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Nomor tiket antrean paling awal, yakni di bawah angka ratusan paling diincar oleh pasien.

Selain mengambil nomor antrean sejak dini hari, bahkan ada pasien yang mengambil nomor antrean untuk berobat pada esok harinya. Kondisi ini membuat banyak pasien merasa waktu dan tenaganya terbuang percuma.

Di sebuah rumah sakit pusat rujukan nasional di Jakarta Pusat, meski sudah mengantre sejak dini hari, tetap saja sulit mendapatkan nomor antrean bernomor besar.

“Wah kalau di sini bisa dari jam tiga pagi sudah ada yang mulai mengantre, bahkan tetap saja mendapat nomor antrian ratusan,” kata seorang pasien pria yang tak mau menyebutkan namanya ketika ditemui di Jakarta, Rabu (7/4/15).

Pria tersebut sampai di rumah sakit pada pukul 7 pagi, ketika loket pendaftaran dibuka. Namun, ia tetap merasa kesiangan datang ke rumah sakit. Tak pelak, ia pun mendapat nomor antrean 600 karena pasien lain sudah mengantre sejak dini hari.

Bagi mereka yang tidak ingin mengantre lama, banyak yang memanfaatkan jasa calo. Para calo ini menyediakan jasa mengambil nomor antrean dengan nomor urut awal.

"Kalau saya ambilkan, pasien bisa dapat nomor antrean 50-an. Sementara kalau baru datang jam 7 pagi bisa dapat nomor ratusan," kata Jajang (bukan nama sebenarnya) yang sering menjadi calo di rumah sakit tersebut.

Jajang pun tak sembarangan ketika melayani calon "klien" karena ia menanyakan kartu berobat kepada calon pasien. Kepada Kompas.com yang meminta bantuannya mengambil nomor pun ia langsung menanyakan berkas berobat, jika tidak ada maka ia tak mau meladeni.

Heru (39) termasuk salah satu calon pasien yang memilih memanfaatkan jasa calo untuk mendapatkan nomor antrean berobat bagi ayahnya di sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Timur.

"Saya minta tolong tukang ojek yang kebetulan tetangga untuk mengantre. Kan mengantrenya sejak pagi, padahal baru berobatnya siang," katanya.

Setelah mendapat nomor antrean, barulah ayahnya akan datang ke rumah sakit pada waktu yang diperkirakan. Kemudian setelah berobat ayahnya kembali ke rumah dan tetangganya itu kembali mengantre untuk mengambil obat.

Untuk setiap satu kali kunjungan ke rumah sakit, Heru mengeluarkan uang sekitar 75.000 rupiah. Menurut Heru, saat ini ayahnya harus berobat jalan untuk mengatasi luka cedera di bagian lututnya.

Penumpukan pasien memang masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh BPJS. Apalagi, peserta JKN akan terus bertambah. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com