Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Menunjukkan Perbedaan Fisik Bayi dari Ibu Perokok dan Tidak

Kompas.com - 29/04/2015, 18:13 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah penelitian awal yang dilakukan tim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Persahabatan mendapati perbedaan fisik, antara ibu hamil perokok aktif, ibu hamil perokok pasif, dan ibu hamil tidak merokok. Perbedaan itu meliputi berat lahir dan tinggi badan bayi.

Penelitian melibatkan 33 ibu hamil yang merupakan pasien di RS Persahabatan. Sebanyak 33 pasien itu terdiri dari masing-masing 11 ibu hamil perokok aktif, ibu hamil perokok pasif, dan ibu hamil tidak merokok.

Hasilnya, ibu yang tidak merokok dan terbebas dari paparan asap rokok melahirkan bayi dengan berat sekitar 3300 gram. Sedangkan ibu hamil perokok pasif melahirkan bayi dengan berat sekitar 2700 dan perokok aktif di bawah 2500 gram.

"Berat lahir bayi dari ibu perokok aktif paling rendah. Senyawa kimia yang terdapat dalam rokok bisa masuk ke dalam tubuh ibu hamil dan meracuni janin yang dikandungnya," terang dokter Spesialis Paru Agus Dwi Susanto dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan yang ikut dalam penelitian ini, di Jakarta, Rabu (29/4/2015).

Hasil penelitian yang dilakukan di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI dan di ruang persalinan SMF Obstetri Ginekologi RS Persahabatan juga menunjukkan pengaruh asap rokok terhadap panjang atau tinggi badan bayi saat lahir.

Ibu yang tidak merokok bisa melahirkan bayi dengan panjang mencapai 51 cm.  Sedangkan perokok pasif, panjang bayi yang dilahirkan sekitar 47 cm dan dari ibu perokok aktif melahirkan bayi dengan panjang hanya 45 cm.

Penelitian juga menunjukkan bahwa ibu hamil perokok pasif memiliki risiko 20 persen lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat rendah.

"Pada ibu hamil perokok pasif, sering kali mendapat paparan asap rokok dari suaminya sendiri atau keluarga yang tinggal satu rumah," papar Agus.

Asap rokok juga diketahui membahayakan kesehatan ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Menurut Agus, perlu penelitian lebih lanjut yang lebih luas dengan menambah subjek penelitian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com