Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/05/2015, 11:50 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis


KOMPAS.com - Kalau Anda merasa nyeri di perut kanan atas (apalagi setelah menyantap makanan berlemak), dan terasa kembung, waspadai kemungkinan untuk batu empedu. Dan perempuan memiliki risiko 2-3 kali lebih sering mengalami kejadian tersebut dibandingkan pria. 

Ketika menyantap makanan berlemak, empedu akan dikeluarkan untuk membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta vitamin larut lemak. Cairan empedu yang komposisi utamanya adalah kolesterol, lesitin, bilirubin, dan garam empedu, ini dihasilkan oleh organ hati. 

Saat tidak ada sumber lemak, empedu disimpan di kandung empedu untuk kemudian dipekatkan. Ketika ada sumber lemak, kandung empedu akan berkontraksi dan empedu dikeluarkan menuju usus halus. 

Bila pola hidup sehat dijalani dan makanan yang dikonsumsi tergolong sehat seimbang, keseimbangan komposisi dalam cairan empedu akan terjaga. Sayangnya, gaya hidup  moderen, seperti konsumsi makanan instan, makanan cepat saji, serta banyak menyantap makanan bersantan, menjadi faktor risiko untuk pembentukan batu empedu. 

"Kesalahan diet menjadi faktor risiko untuk terjadinya batu empedu," ujar dr. Erik Rohmando Purba, Sp.PD, spesialis penyakit dalam RSU Bunda Jakarta.

Batu empedu, ditambahkan dr. Arief Setiawan, Sp.B(K)BD, konsultan bedah digestif RSU Bunda Jakarta, terjadi karena perubahan komposisi dari kolesterol, fosfolipid, dan asam empedu, kolestasis, maupun peradangan (infeksi).

Sekitar 50-70 persen batu empedu adalah batu kolesterol. Faktor predisposisi untuk batu kolesterol, lanjut Erik, di antaranya adalah perempuan, kehamilan, usia tua, maupun berat badan yang turun dengan cepat. Perempuan (termasuk perempuan hamil) menjadi salah satu faktor risiko untuk batu empedu ini, terkait dengan hormon estrogen yang juga berhubungan dengan kolesterol. 

Selain batu kolesterol, klasifikasi batu empedu lainnya adalah batu pigmen dan campuran. Batu pigmen ini ukurannya lebih kecil dan lebih gelap serta terbentuk dari bilirubin. Ada dua jenis batu pigmen, yaitu cokelat dan hitam. 

Batu pigmen cokelat, dikatakan Erik, umumnya terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi. Sementara batu pigmen hitam banyak dijumpai pada pasien dengan hemolisis kronis atau sirosis hati. 

Penanganan batu empedu, secara konservatif, dengan diet rendah lemak dan obat-obatan. Pemberian obat bertujuan untuk mereduksi ukuran batu dengan harapan batu akan keluar dengan sendirinya. Hanya saja, tindakan ini tidak terlalu menjanjikan. 

"Meski ukuran batu berkurang sekitar 50 persen dengan harapan akan keluar, ada risiko untuk menyumbat di saluran empedu yang juga berisiko timbul infeksi atau peradangan," terang Erik. Karenanya, tindakan intervensi dengan kolesistektomi atau pengangkatan kandung empedu, kemudian menjadi hal yang dianjurkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com