Dokter Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Hematologi Onkologi Medik Cosphiadi Irawan mengatakan, sekitar 70 persen trombosis tidak memunculkan gejala awal sehingga sering disebut pembunuh diam-diam. "Masalahnya bagaimana kalau gejalanya enggak muncul. Jadi, lebih penting mencegah trombosis terjadi," ujar Cosphiadi dalam diskusi memeringati World Thrombosis Day di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Cosphiadi pun memaparkan beberapa langkah untuk mencegah trombosis. Utamanya, bergeraklah ketika terlalu lama duduk atau berbaring. Perlu diketahui, trombosis sering kali terjadi akibat kurang gerak.
Dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini menjelaskan, duduk dan tidak bergerak selama 90 menit saja sudah bisa menyebabkan stasis. Meluruskan kaki, melakukan pergerakan ringan, hingga berjalan-jalan akan sangat membantu mencegah terjadinya perlambatan aliran darah yang memicu terjadinya pembekuan darah.
Pencegahan lainnya, yaitu dengan menjaga berat badan ideal. Sebab, salah satu faktor risiko terjadinya trombosis adalah obesitas atau kelebihan berat badan. Kemudian, ketahui apakah ada riwayat keluarga yang pernah terkena pembekuan darah.
Selain stasis, pemicu trombosis adalah kekentalan darah dan adanya kerusakan atau kelainan pembuluh darah. Sangat penting melakukan aktivitas fisik untuk mencegah trombosis. Chospiadi mengungkapkan, berdasarkan penelitian, aktivitas fisik bisa menurunkan risiko trombosis. Selain kurang gerak, trombosis lebih berisiko pada orang yang merokok, usia di atas 45 tahun, dan ibu hamil.