JAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari 32 juta penduduk Indonesia diperkiraan akan berpindah dari pedesaan ke perkotaan pada 2030. Sehingga, diperkirakan semakin banyak orang yang menerapkan gaya hidup tak sehat, seperti terjadinya pergeseran asupan makanan dan kurangnya kegiatan berolahraga.
Perubahan gaya hidup masyarakat disertai laju urbanisasi yang tinggi tentu bisa menyebabkan ancaman baru di Indonesia, yaitu pandemik urban diabetes. Belum lagi, kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan ini masih terbilang rendah. Padahal, saat ini saja Indonesia menduduki posisi kelima terbesar penderita diabetes di dunia.
Sebagai bentuk kepedulian untuk mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta bersama PT. Novo Nordisk Indonesia sepakat menandatangani MoU kesepakatan bekerjasama membuat perubahan kondisi diabetes di DKI Jakarta.
Kerjasama melalui Jakarta Diabetes Roadmap ini tujuannya untuk meningkatkan kualitas pengendalian diabetes di DKI Jakarta dengan berbagai usaha seperti promos, pencegahan, dan juga peningkatan tata laksana pengobatan sesuai pedoman yang berlaku.
Wulaning Putri Sunuwati, Communications and Public Affairs manager PT. Novo Nordisk menjelaskan, salah satu program Jakarta Diabetes Roadmap ini adalah dengan memilih sepuluh puskesmas di DKI Jakarta untuk menjadi primary care diabetes.
“Kriteria pemilihan sepuluh puskesmas ini minimal memiliki 50 pasien diabetes, dokternya sudah mengikuti pelatihan diabetes, serta punya diabetes mellitus management level, mulai dari dokter, diabetes mellitus educator, dan nutrisionis,” ungkap Wulan dalam acara pre-briefing Jakarta Diabetes Roadmap beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan yang sama, drg. Endang Murdiati, kepala seksi penyakit menular dan penyakit tidak menular Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengungkapkan bahwa, dari data 2013 ada sebanyak 130.408 pasien diabetes yang berobat di puskesmas. Karena itu, sangat penting jika puskesmas-puskesmas diberi fasilitas untuk menangani pasien diabetes.
"Untuk saat ini memang baru 10 puskesmas, tapi menyebar di setiap wilayah. Jadi, puskesmas-puskesmas yang terpilih ini, dokternya akan diberi pendidikan dan pelatihan khusus tentang metode penanganan diabetes mellitus. Termasuk, tersedianya obat-obatan kontrol gula darah di Puskesmas. Tapi, kalau pasien sudah dalam kondisi komplikasi tetap akan segera dirujuk ke rumah sakit," jelasnya.
drg. Endang menambahkan, sejak Mei 2015 sudah dijalankan juga program Ketuk Pintu Layanan Hati, dimana para tenaga kesehatan mendatangi masyarakat ke rumahnya untuk sosialisasi masalah kesehatan.
"Masyarakat kan awarenessnya masih kurang. Jadi, kami yang datangi lebih dulu untuk sosialisasi. Nah, kalau masyarakat sudah tahu tentang penyakit, awarenessnya akan lebih meningkat untuk datang ke puskesmas ketika muncul gejala ringan. Apalagi, masih banyak orang tak menyadari jika dirinya menderita DM, karena tak tahu gejalanya," ujar drg. Endang.
Diharapkan dengan adanya Jakarta Diabetes Roadmap ini, akan ada peningkatan kondisi pasien diabetes yang ditangani di Puskesmas dan juga adanya penurunan yang signifikan pada jumlah penderita diabetes melllitus di DKI Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.