Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Mulai Percaya Diri Lagi karena Keluarga Tidak Menolak Saya"

Kompas.com - 01/12/2015, 15:45 WIB
Kisah dalam tulisan adalah tentang Jhon, Orang dengan HIV/AIDS dari Papua yang didokumentasikan dalam projek Saya Positif oleh Andri Tambunan.

Saya mulai menyadari bahwa saya terkena positif HIV di tahun 2007. Kesehatan saya menurun drastis dan saya kehilangan harapan untuk hidup.  Saya tidak percaya diri dan saya begitu takut kalau tetangga dan anggota keluarga mengetahui bahwa saya positif HIV. 

Saya mengisolasi diri dengan cara tetap berada di dalam rumah dan menjauhi publik karena saya begitu takut untuk dikarantina atau ditendang keluar dari komunitas saya.

Lalu saya melakukan pendekatan ke anggota keluarga satu demi satu dan mengatakan kondisi saya.  Mereka mengatakan kepada saya untuk tetap bersabar dan jangan pernah kehilangan harapan meskipun mereka tahu kesulitan yang saya hadapi.  Dukungan mereka benar-benar luar bisa dan tak terduga.

Saya juga menerima perawatan dan dukungan yang terus-menerus dari Suster Perawat Diana, yang sering memeriksa keadaan saya dan membawa saya ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. 

Dukungannya benar-benar luar biasa dan dia pun menyampaikan tentang ketersediaan ARV (obat Antiretroviral) dan yang saya perlukan hanyalah tekad kuat untuk mengkonsumsinya.

Selama tujuh tahun terakhir, saya mengkonsumsi ARV setiap hari; pagi hari pada pukul 7 pagi dan malam hari.  ARV meningkatkan kesehatan saya karena ia berlaku seperti mengisi ulang energi dalam tubuh saya. 

Jika saya ini diumpamakan sebuah baterai, saya pasti sudah seperti baterai tanpa energi.  Sebelumnya, saya menghabiskan seluruh tabungan saya untuk membeli obat-obatan herbal yang menjanjikan penyembuhan, tapi ternyata hanya ARV yang mampu 'mengisi' ulang energi dalam tubuh saya dan membuat saya tetap sehat.

Saya pekerja keras tapi sebagai orang yang mengidap positif HIV, saya perlu mencari cara untuk mendapatkan penghasilan dan bertahan di kota ini.  Kemudian saya mempunyai sesuatu ide untuk membuat kandang babi. 

Untuk memulai bisnis, awalnya saya meminjam uang dari tetangga untuk membeli anak babi.  Setelah babi-babi itu dewasa dan beranak-pinak, saya jual anaknya dan mengembalikan uang yang saya pinjam ke tetangga saya.  Selama tujuh tahun terakhir saya sudah memperluas bisnis saya.

Saya biasanya bangun sekitar jam 4 atau 5 pagi dan mulai membersihkan kandang babi.  Setelah memberi makan babi-babi peliharaan, lalu saya menyiapkan makanan mereka untuk hari berikutnya. 

Saya juga harus memelihara kebersihan sekitar kandang agar tidak menganggu kenyamanan tetangga sekitar.  Saya tidak ingin mereka (tetangga) mencium aroma yang bau sehingga saya membersihkan kandang minimal 5 kali dalam sehari.

Saya juga sering diundang ke gereja untuk memberikan kesaksian dan testimoni tentang HIV.  Sejak stigma terhadap HIV terus meningkat di tengah-tengah masyarakat, saya harus kembali berjuang dengan cara membagi pengalaman saya sebagai orang yang hidup dengan HIV namun masih bisa berada dalam kondisi yang sehat. 

Saya tidak akan pernah menyerah dan kedepannya saya berharap semakin banyak orang-orang yang memiliki keberanian untuk maju ke depan dan membuktikan bahwa HIV tidak berbahaya bagi masyarakat.


Saya Positif memuat tujuh profil individu-individu dengan HIV positif.  Namun, bertentangan stereotipe negatif, ketujuh profil ini justru menampilkan sisi yang sebaliknya; mereka kuat, sehat, produktif, tangguh, dan penuh akan harapan.

Mereka adalah sosok para orangtua yang penuh pengabdian, seorang anak laki-laki dan anak perempuan yang penuh kasih, anggota masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi untuk keluarga dan komunitas.  

Kesaksian dan testimoni mereka tidak hanya menjadi sumber inspirasi tapi juga bukti nyata akan pentingnya melawan kesalahpahaman yang selama ini berada di tengah masyarakat yang membantu melawan stigma dan diskriminasi di Tanah Papua.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com