Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2016, 09:15 WIB

KOMPAS.com - Di antara penderita sakit punggung, tak sedikit yang memilih pengobatan chiropractic. Salah satunya adalah Allya Siska Nadia, yang memilih chiropractic sebagai terapi untuk menyembuhkan nyeri lehernya.

Metode pengobatan chiropractic ini berdasarkan pada manipulasi tulang belakang. Dilakukan secara manual atau dengan tangan, bisa dengan pemijatan dan penekanan titik-titik yang tidak beres di bagian tulang belakang lalu mengoreksinya, mengurangi rasa sakit, dan mengembalikannya ke posisi normal.

Tetapi hati-hati, “menyerahkan” leher Anda untuk diperbaiki oleh chiropractor, bisa meningkatkan risiko stroke, begitulah menurut pernyataan ilmiah yang dirilis oleh American Heart Association.

Baca juga: Toko Mama Khas Banjar Tutup, Pemilik: Mental Kami Hancur, Kami Trauma

Pasalnya, tekanan berenergi dan perputaran yang dilakukan untuk memanipulasi leher, justru dapat menyebabkan sobekan di dinding arteri di leher. Kondisi ini disebut cervical artery dissection (diseksi arteri leher).

Sobekan di dinding arteri dapat mengakibatkan stroke, jika ada gumpalan darah terbentuk dan kemudian bergerak bebas memblokir pembuluh darah di otak.

“Terjadi dengan gerakan tiba-tiba yang bisa berlebihan dan membuat leher berputar, seperti yang mungkin Anda lihat dalam pukulan atau bahkan saat batuk keras dan muntah,” ujar penulis pernyataan, Dr Jose Biller, kepala ahli syaraf di Loyola University Chicago Stritch School of Medicine.

Baca juga: Dimutasi ke RS Fatmawati, Dokter Piprim: Ini Hukuman Karena Menentang Pengambilalihan Kolegium

Cidera dinding arteri ini bisa dikatakan penyebab stroke yang tak boleh diabaikan, terutama pada usia muda dan dewasa muda, terhitung sekitar 8%-25% kasus stroke terjadi pada usia di bawah 45 tahun.

Empat penelitian besar melihat adanya hubungan antara manipulasi sendi leher dengan stroke pada pasien berusia 45 tahun dan yang lebih muda. Meski memang tidak membuktikan bahwa terapi chiropractic dapat langsung menyebabkan stroke.

Walau begitu, chiropractor harus tetap memperingatkan pasien tentang kemungkinan ini, pernyataan tersebut menambahkan.

Baca juga: Sempat Ganti Nama dan Berpindah Kota, Begini Cara Eks Teller Bank BUMN Buron 8 Tahun Usai Korupsi Rp 2 Miliar

“Kami sangat yakin, bahwa setiap pasien harus diberitahu tentang adanya hubungan antara chiropractic dengan risiko stroke, sebelum menjalani terapi manipulasi sendi leher,” ujar Biller.

                                                                                       

Terapi chiropractic tak menggunakan tenaga berlebih

Baca juga: Prabowo Sebut Purnawirawan Bikin Partai, Apa Parpol yang Didirikan Try Sutrisno?

Di sisi lain, komunitas chiropractic juga menyadari adanya kaitan antara manipulasi sendi leher dan stroke, yang mana isu tersebut telah menjadi pembahasan selama lima tahun terakhir, ungkap Keith Overland, mantan presiden American Chiropractic Association dan seorang dokter chiropractic di Norwalk, Connecticut.

Tapi, Overland mengatakan bahwa bukti yang ada tidak meyakinkan.

“Dua penelitian yang telah keluar baru-baru ini mengatakan, bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan kekuatan atau arah yang digunakan dalam manipulasi serviks mencapai ambang peregangan arteri yang bisa merusak,” ujarnya.

Baca juga: Ini Profil 4 Wali Kota dan Bupati Baru Jakarta

“Para profesional yang melakukan penyesuaian sendi leher tidak menerapkan kekuatan yang lebih besar dari apa yang dilakukan orang dalam kegiatan kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suasana Upacara Pembukaan Konklaf saat 133 Kardinal Memasuki Kapel Sistina
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau