JAKARTA, KOMPAS.com - Tanpa disadari, anak-anak yang ikut bekerja di pertanian tembakau dapat mengalami masalah kesehatan serius. Berdasarkan laporan Human Rights Watch yang juga dipublikasikan dalam bentuk video, banyak anak-anak mengalami gejala keracunan nikotin pada masa panen tembakau.
Human rights Watch mewawancarai 132 pekerja anak berusia 8-17 tahun pada 2014-2015 lalu. Hampir setengahnya mengaku mengalami gejala keracunan nikotin. Mereka adalah pekerja anak di pertanian tembakau daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Seorang anak mengaku tak kuat dengan bau tembakau dan akhirnya terus mengalami muntah-muntah. Ia terpaksa dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama empat hari.
Gejala keracunan nikotin akut antara lain, mual-mual, sakit kepala, muntah, dan pusing. Ada pula yang mengeluhkan tangannya gatal dan berbekas hitam setelah banyak memegang daun tembakau.
Nikotin merupakan zat berbahaya yang diketahui dapat menyerap melalui pori-pori kulit.
Peneliti Human Rights Watch, Andreas Harsono mengatakan, ternyata banyak anak-anak dan keluarganya yang tak tahu bahaya kesehatan dari ladang tembakau.
"Mereka enggak tahu anaknya sakit karena bekerja di lahan tembakau. Setelah tahu, mereka enggak mau lagi memperkerjakan anaknya," kata Andreas di Jakarta, Selasa (30/8/2016).
Belum dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak jangka panjang dari paparan nikotin pada anak di pertanian tembakau. Meski demikian, keracunan nikotin dikaitkan dengan masalah perkembangan otak.
Hasil laporan ini pun telah dikirimkan ke perusahaan rokok nasional maupun multinasional. Sayangnya, hanya beberapa perusahaan yang merespon.
Menurut Human Rights Watch, tak satu pun perusahaan rokok yang melakukan upaya untuk mencegah buruh anak bekerja di pertanian tembakau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.