KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa stres dapat memengaruhi fisik dan mental kita.
Tak hanya itu, stres ternyata turut memengaruhi penampilan kita, khususnya area wajah.
Kondisi ini terjadi karena hormon yang dilepaskan tubuh saat merasa stres dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang berdampak negatif pada kulit.
Melansir Healthline, berikut efek stres pada wajah kita:
1. Memicu jerawat
Ketika stres, tubuh memproduksi banyak hormon kortisol yang merangsang pelepasan minyak dari kelenjar sebaceous.
Produksi minyak yang berlebihan ini dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat.
Riset 2011 yang dilakukan sekelompok ilmuwan dari Korea Selatan juga membuktikan stres, kurang tidur, konsumsi alkohol, dan menstruasi berpotensi memicu serta memperburuk kondisi jerawat.
2. Menimbulkan kantung mata
Kantung di bawah mata biasanya muncul seiring bertambahnya usia karena otot pendukung di sekitar mata melemah.
Selain itu, kulit kendur yang disebabkan oleh hilangnya elastisitas juga dapat menyebabkan kantung mata.
Kabar buruknya, stres juga bisa memicu kurang tidur yang meningkatkan tanda-tanda penuaan, seperti garis halus, berkurangnya elastisitas kulit, dan pigmentasi tidak merata.
Padahal, hilangnya elastisitas kulit juga bisa memicu pembentukan kantung di bawah mata.
3. Membuat kulit kering
Stratum corneum adalah lapisan luar kulit yang mengandung protein dan lipid.
Protein dan lipid tersebut memainkan peran penting dalam menjaga sel kulit agar tetap terhidrasi.
Selain itu, lapisan kulit paling luar juga bertindak sebagai penghalang yang melindungi kulit di bawahnya.
Jika stratum korneum tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kulit bisa menjadi kering dan gatal.
Riset 2014 yang diterbitkan dalam Inflammation & Allergy Drug Targets membuktikan bahwa stres dapat merusak fungsi stratum korneum yang dapat berdampak negatif terhadap retensi air kulit.
Hal ini bisa membuat kulit mudah menjadi kering dan memperburuk penampilan kita.
4. Memicu keriput
Stres menyebabkan perubahan pada protein di kulit dan mengurangi elastisitasnya.
Hilangnya elastisitas ini dapat berkontribusi pada pembentukan kerutan.
Stres juga dapat menyebabkan pengerutan alis berulang kali yang turut berkontribusi pada pembentukan kerutan.
5. Memicu uban dan kerontokan rambut
Riset 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan aktivitas saraf simpatik akibat stres dapat menyebabkan sel induk yang membuat melanosit menghilang.
Setelah sel-sel ini menghilang, sel-sel baru kehilangan warnanya dan berubah menjadi abu-abu atau memicu pembentukan uban.
Stres kronis juga dapat mengganggu siklus pertumbuhan rambut Anda dan menyebabkan kondisi yang disebut telogen effluvium.
Telogen effluvium menyebabkan rambut rontok lebih banyak dari biasanya.
https://health.kompas.com/read/2020/08/13/110300068/5-efek-stres-pada-penampilan-yang-harus-diwaspadai