Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Risiko Makan Telur Setengah Matang yang Perlu Dipertimbangkan

KOMPAS.com – Sudah diketahui oleh banyak orang bahwa telur adalah salah satu makanan tersehat yang baik untuk dikonsumsi.

Telur terbukti mengandung banyak nutrisi penting dan dapat memberi manfaat kesehatan yang mengesankan.

Bukan hanya mengandung protein berkualitas tinggi, telur juga sering disebut sebagai sumber mulitivitamin dan mineral alami.

Merangkum Australian Egss, berikut ini adalah beberapa kandungan gizi yang bisa diperoleh dalam telur:

  • Vitamin D
  • Vitamin A
  • Vitamin E
  • Vitamin B12
  • Vitamin B2 (Riboflavin)
  • Vitamin B5 (Pantothenic asam)
  • Zat besi
  • Fosfor
  • Folat
  • Selenium
  • Kolin
  • Asam lemak omega 3

Selain bergizi, telur juga tergolong bahan makanan mudah diolah sehingga lumrah jika banyak orang menyukainya.

Telur setengah matang adalah salah satu sajian telur yang punya penggemarnya tersendiri.

Oleh beberapa orang, telur setengah matang bahkan dianggap lebih nikmat daripada telur yang dibuat matang sempurna.

Tapi, tahukah Anda mengenai adanya risiko makan telur setengah makan bagi kesehatan?

Beberapa risiko makan telur setengah matang ini kiranya baik untuk dipertimbangkan:

1. Telur setengah matang mungkin terkontaminasi bakteri

Melansir Health Line, telur setengah matang masih mungkin mengandung Salmonella, sejenis bakteri yang mudah menyebabkan penyakit.

Bakteri Salmonella ini bukan hanya dapat ditemukan di cangkang telur, tapi juga di dalam telur.

Jika telur dikonsumsi setengah matang, maka ada kemungkinan bakteri Salmonella yang ada pada telur belum mati karena suhu tidak panas.

Mengonsumsi telur setengah matang yang terkontaminasi bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan Salmonella.

Beberapa gejala keracunan makanan atau infeksi Salmonella yang bisa terjadi, termasuk:

  • Kram perut
  • Diare
  • Perut mual
  • Demam
  • Sakit kepala

Gejala ini biasanya muncul 6 hingga 48 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi bakteri dan dapat berlangsung 3 hingga 7 hari.

Untungnya, risiko telur terkontaminasi bakteri Salmonella saat ini mungkin sudah rendah.

Beberapa perbaikan mungkin telah dilakukan dalam pemrosesan telur yang dapat menyebabkan lebih sedikit kasus infeksi Salmonella.

Perubahan ini termasuk pasteurisasi. Proses ini menggunakan perlakuan panas untuk mengurangi jumlah bakteri dan mikroorganisme lain dalam makanan.

Meski demikian, untuk meminimalkan risiko infeksi Salmonella, menyantap telur matang sempurna mungkin adalah pilihan yang lebih baik daripada makan telur setengah matang.

2. Infeksi bakteri lebih berbahaya untuk kelompok orang tertentu

Infeksi Salmonella lebih menjadi perhatian pada populasi tertentu.

Pada beberapa orang, hal itu bisa berakibat serius atau bahkan fatal.

Ini termasuk:

  • Bayi dan anak kecil

Kelompok usia dini lebih rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan yang belum matang.

  • Wanita hamil

Meski jarang terjadi, infeksi Salmonella tetap saja dapat menyebabkan kram di rahim wanita hamil yang dapat menyebabkan kelahiran prematur atau lahir mati.

  • Lansia

Orang yang berusia di atas 65 tahun lebih mungkin meninggal karena infeksi yang ditularkan melalui makanan.

Faktor yang berkontribusi termasuk malnutrisi dan perubahan terkait usia pada sistem pencernaan.

  • Individu dengan gangguan kekebalan

Sistem kekebalan lebih lemah dan lebih rentan terhadap infeksi pada orang dengan penyakit kronis.

Orang dengan diabetes, HIV, dan tumor ganas termasuk di antara mereka yang dianjurkan untuk tidak makan telur mentah atau telur setengah matang.

3. Protein di dalamnya tidak diserap dengan baik

Telur adalah salah satu makanan yang mengandung protein tinggi.

Tak hanya itu, telur adalah sumber protein lengkap. 

Faktanya, telur mengandung semua 9 asam amino esensial dalam rasio yang tepat. 

Namun, makan telur setengah matang mungkin dapat menurunkan penyerapan protein berkualitas ini.

Ini karena penelitian menunjukkan bahwa penyerapan protein pada telur matang lebih banyak daripada telur mentah.

Sebuah studi kecil yang telah diterbikan dalam The Journal of Nutrition pada 1998, membandingkan penyerapan protein dari telur yang dimasak sempurna dan mentah pada 5 orang.

Studi tersebut menemukan bahwa 90 persen protein dalam telur matang terserap, tetapi hanya 50 persen dalam telur mentah.

Dengan kata lain, protein dalam telur yang dimasak 80 persen lebih mudah dicerna daripada protein dalam telur mentah.

Meskipun protein lebih baik diserap dari telur yang dimasak, beberapa nutrisi lain mungkin sedikit berkurang dengan proses pemasakan. Ini termasuk vitamin A, vitamin B5, fosfor dan kalium.

4. Dapat memblokir penyerapan biotin

Biotin atau vitamin B7 adalah vitamin B yang larut dalam air.

Vitamin ini terlibat dalam produksi glukosa dan asam lemak tubuh.

Biotin juga penting selama kehamilan.

Dilansir dari WebMD, kuning telur termasuk sumber makanan yang menyediakan biotin cukup baik.

Sementara, putih telur mengandung protein yang disebut avidin.

Di dalam proses pencernaan, avidin dapat mengikat biotin di usus kecil, mencegah penyerapannya.

Karena panas dari memasak bisa merusak avidin, pada akhirnya tubuh dapat menyerap biotin lebih banyak.

Oleh sebab itu, ketika mempertimbangkan penyerapan biotin ini, mengonsumsi telur matang sempurna dianggap menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang makan telur setengah matang.

Meski demikian, ketika seseorang memutuskan untuk mengonsumsi makan telur setengah matang, sangat kecil kemungkinannya hal itu dapat menyebabkan kekurangan biotin yang sebenarnya.

Untuk mengalami kekurangan biotin, seseorang kira-kira perlu mengonsumsi telur setengah matang dalam jumlah banyak, setidaknya selusin per hari untuk jangka waktu yang lama.

https://health.kompas.com/read/2021/04/28/160300268/4-risiko-makan-telur-setengah-matang-yang-perlu-dipertimbangkan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke