KOMPAS.com - Sumber stres bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal-hal yang sederhana seperti ikatan tali sepatu yang sering terlepas, pintu yang tidak bisa menutup rapat, hingga lukisan di dinding yang sedikit miring.
Ternyata, menurut Medical News Today, situasi yang membuat stres tersebut membuat tubuh memproduksi hormon yang bernama kortisol yang akan menyiapkan tubuh untuk menghadapi bahaya.
Meskipun bisa membuat seseorang lebih siap untuk menghadapi situasi tersebut, tingkat stres yang terus-menerus dirasakan akan berpengaruh pada kesehatan mental serta fisik.
Tersenyum dan kaitannya dengan stres pada diri sendiri
Melansir Medical News Today, penelitian yang dimuat pada buku Psychological Science menyatakan bahwa tersenyum dalam keadaan stres bisa membantu memperbaiki suasana hati.
Penelitian tersebut melihat efek dari empat jenis senyum yang ternyata berguna untuk menyelamatkan partisipan dari suasana yang membuat stres.
169 partisipan diajak untuk memasang wajah datar, membentuk senyum di bibir, tersenyum tulus di mana mulut dan mata membentuk senyum, serta memaksakan senyum dengan bantuan sumpit yang dipasang di dalam mulut.
Partisipan yang telah dibagi menjadi empat kelompok tersebut kemudian diminta untuk melakukan aktivitas yang membuat stres dengan tetap mempertahankan ekspresinya.
Hasilnya menunjukkan bahwa denyut jantung menurun pada partisipan yang membentuk ekspresi tersenyum dan tersenyum tulus setelah aktivitas tersebut selesai.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tersenyum meskipun hanya sebentar bisa mengurangi respon stres yang diberikan oleh tubuh.
Hal ini tidak menjadi masalah apakah seseorang tersenyum karena benar-benar merasa bahagia atau tidak.
Ekspresi tersenyum yang ditunjukan lawan bicara juga mempengaruhi stres
Penelitian lain juga dilakukan oleh NHS untuk melihat efek tersenyum pada stres yang dirasakan.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini hanya melibatkan tiga jenis senyum, yaitu reward atau senyum karena bahagia, affiliation atau senyum untuk mendekatkan diri pada orang lain, dan dominance atau senyum untuk menunjukkan dominasi terhadap orang lain.
Sebanyak 90 mahasiswa berpartisipasi pada penelitian ini dan diminta untuk melakukan pidato di depan umum.
Kemudian, mahasiswa tersebut akan diperlihatkan salah satu dari tiga jenis senyum yang ditampilkan secara sekilas oleh tim penilai.
Hasilnya menunjukkan bahwa senyum dominance meningkatkan level kortisol dan denyut jantung pada mahasiswa dan memiliki level kortisol yang semakin meningkat 30 menit setelah pidato.
Sedangkan senyum reward dan affiliation memperlambat level stres yang dirasakan oleh mahasiswa, serta menunjukkan level kortisol yang stabil setelah 30 menit kemudian.
Tidak hanya tersenyum pada diri sendiri saja, namun ternyata dari penelitian ini ditemukan bahwa ekspresi yang diberikan oleh lawan bicara juga akan mempengaruhi level stres yang dirasakan.
https://health.kompas.com/read/2022/09/07/163000068/studi-buktikan-efek-tersenyum-untuk-menurunkan-rasa-stres