Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Support Therapy, Penderita Kanker pun Perlu Didukung

Kompas.com - 20/01/2008, 18:37 WIB

Siapa tidak terkejut, sedih, juga depresi bila mendengar dokter memberitahu ada kanker di tubuhnya? Tentu macam-macam reaksi yang akan muncul. Orang akan bertanya, kenapa harus saya? Apa yang telah saya lakukan? Apa dosa saya?

Keluarga penderita juga acapkali dihadapkan pada situasi sulit. Apakah lebih bijaksana mengantarkan sampai ruang intensif atau membiarkan pasien ditemani peralatan medis di ruangan dingin?
 
Tidak mudah menghadapi kondisi seperti ini. Apalagi proses yang cukup berat dan relatif lama dalam pengobatan mesti dihadapi. “Kemoterapi membuat kita menjadi sulit sekali makan karena rasa mual akan terus-menerus mendera,” ungkap seorang ibu penderita kanker serviks. Padahal, makanan bergizi menjadi faktor utama pendukung suksesnya pengobatan kanker.

Faktanya masih ada banyak lagi kesulitan yang dihadapi para penderita kanker, termasuk di dalamnya mendapatkan informasi yang tepat dan beragam mengenai penyakit yang dihadapi. Yuniko, mantan penderita kanker payudara, mengungkapkan, “Saya teringat saat usai operasi dan akan menjalani kemoterapi. Kehausan akan informasi tentang apa yang akan dihadapi membuat saya banyak bertanya.”

Yuniko melanjutkan ceritanya, suatu ketika pada periode kemoterapi dijalankan, adiknya sakit batuk pilek agak parah. Karena pernah menerima masukan untuk menjauhi sumber penyakit agat tidak tertular dan terinfeksi, ibu satu anak ini sempat beberapa hari mengisolasi diri di kamar. 

“Belakangan saya tertawa sendiri dan akhirnya meminta adik cepat-cepat berobat. Padahal, yang sakit yang harusnya diisolasi,” tutur Yuniko dalam bukunya, I Have Cancer It Doesn’t Have Me.

Kadang-kadang pengalaman penderita yang satu bisa berbeda dengan pengalaman penderita yang lain karena setiap kasus membutuhkan perlakuan yang berbeda. Ambil contoh, pengobatan kemoterapi yang mesti dijalani seorang penderita satu dengan penderita yang lain.

“Meski sama-sama menderita kanker payudara jumlah kemoterapi yang dijalankan bisa berbeda,” kata Dr. Sutjipto, Sp.BOnk.

Wahana Penting
Munculnya sebuah komunitas menjadi wahana yang sangat penting bagi para penderita kanker. Apalagi bila komunitas ini menyediakan banyak hal yang bisa digunakan para penderita untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Bernama CISC (Cancer Information and Support Center), Yuniko sang penggagas menyadari pentingnya wahana ini. “Ini adalah tempat di mana kualitas hidup dalam aspek psikososial saya meningkat pesat lewat kebersamaan dan saling berbagi rasa,” sebutnya.

Di kelompok ini, setiap penderita kanker dan tentu saja keluarganya bisa berbagi banyak hal, dari yang serius sampai yang ringan. Sebuah kesempatan yang dihadiri GHS di sebuah ruang tunggu di bagian kemoterapi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menggambarkan dengan jelas salah satu manfaat komunitas ini.
 
Seorang ibu yang bingung, “Apakah saya mesti makan daging atau tidak ?” terjawab sudah kegelisahannya. “Ternyata masih boleh makan daging, asal terbatas. Saya jadi lega,” ucapnya.
Seorang ibu yang lain mengungkapkan, “Saya merasa setidaknya diringankan dari beban ini. Adanya komunitas ini membuat saya merasa ada teman, sahabat. Saya tidak lagi merasa sendirian. Ada banyak teman yang mengalami sakit dan kesulitan yang sama,” sedikit panjang Yuniko bercerita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com