Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ibu" Para Desainer Indonesia

Kompas.com - 23/10/2010, 11:32 WIB

Susan awalnya tidak berpikir memiliki sekolah mode, apalagi memajukan industri mode Indonesia agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan menyediakan sumber daya manusia. Pengalamanlah yang membuka satu pintu ke pintu berikut, membangkitkan tantangan dan peluang baru, yang dia tak pernah takut mengambilnya.

Ketika Susan mulai belajar mode pada tahun 1970-an, dia sulit menemukan sekolah mode. Saat itu hanya ada Akademi ISWI, dan yang lainnya berupa kursus rumahan. Saat bersekolah mode di Berlin, Jerman, kemudian pindah ke London, Inggris, untuk belajar pakaian siap pakai. Lalu, sambil mengikuti suami menambah ilmu bidang adibusana di Ottawa, Kanada, Susan bukan hanya menimba ilmu sebagai calon perancang busana, tetapi juga terdorong membuat sekolah mode di Indonesia.

”Supaya mereka yang ingin belajar mode tidak usah kesulitan seperti saya,” kata dia.

Menjelang kembali ke Jakarta, Susan meminta bantuan orangtuanya untuk mengurus izin tempat kursusnya, menyiapkan berbagai keperluan, seperti meja dan mesin jahit. Susan lalu menyusun kurikulum berdasarkan pengalamannya di tiga sekolah tersebut, ditambah pengetahuan dia akan kebutuhan di Indonesia.

Dia merasa beruntung sebab beberapa temannya saat bersekolah di Jerman juga kembali ke Jakarta. Mereka memberi masukan dan menghubungkan dia dengan elemen industri mode lainnya, seperti media, penyelenggaraan kegiatan dan pameran, hingga dunia koreografi.

”Saya dibantu (almarhum perancang) Prajudi Admodirdjo. Dia guru saya sebelum saya berangkat ke Jerman,” tambahnya.

Ketika jumlah muridnya bertambah, Susan lalu memindahkan sekolahnya dari kawasan Petojo yang merangkap tempat kerjanya sebagai perancang busana ke Cikini Raya, hingga kini. Sekarang, sekolahnya berkembang dan telah membuka cabang di Semarang, Surabaya, dan satu lagi dalam tahap revitalisasi, yaitu di Bali.

”Mungkin karena sekolah saya biayanya terjangkau,” tutur Susan, disertai tawa, tentang pendidikan di sekolahnya yang lamanya satu tahun itu.

Konsisten

Lebih dari sekadar biaya pendidikan yang terjangkau, Susan sangat fokus dan konsisten dalam membuat inovasi. Menurut pengakuannya, setiap tahun selalu ada kurikulum baru. Untuk tahun depan, misalnya, dia menambahkan pelajaran busana pria dan anak-anak karena kebutuhan ke arah itu semakin terasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com