Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Berwarna BAYI TABUNG

Kompas.com - 29/01/2012, 03:51 WIB

Dengan perkembangan teknologi pengobatan dan laboratorium, program bayi tabung tak lagi memakan waktu lama. Kini, pengambilan telur tidak perlu melalui pembedahan, cukup dengan kateter khusus. Pasien hanya dibius ringan sekitar 20 menit tanpa luka.

Telur kemudian dibuahi oleh sperma di cawan laboratorium sebelum bertumbuh menjadi embrio. Hanya butuh waktu 3-5 hari sebelum embrio ditanam di rahim ibu. Dua minggu setelahnya, pasien sudah bisa mengetahui apakah positif hamil atau tidak.

Embrio yang tidak ditanam di rahim masih bisa disimpan hingga maksimal lima tahun. Jika ingin kembali hamil, orangtua tak perlu menjalani proses dari awal dan bisa memanfaatkan embrio beku yang disimpan dalam embrio storage. Biaya yang dibutuhkan untuk program bayi tabung ini berkisar Rp 45 juta hingga Rp 65 juta.

Psikolog anak, Diana Tarigan, berharap agar orangtua tidak terlalu memanjakan dan terlalu melindungi anak-anak yang lahir dari program bayi tabung. ”Mereka harus diperlakukan normal. Jangan karena sulit mendapatkan, anak-anak itu justru dibuat sulit ke depannya,” kata Diana.

Jika terlalu dianggap spesial, anak-anak akan menjadi sulit berteman dan menjadi egois. ”Kepribadian anak-anak ini tetap dibentuk oleh gen dari orangtua dan perlakuan dari lingkungannya,” tambah Diana.

Sejauh ini, menurut Diana, belum ada penelitian khusus yang meneliti anak-anak dari program bayi tabung. Yang pasti, ibu yang menjalani program bayi tabung harus terbebas dari rasa stres agar si anak kelak tidak tumbuh menjadi penakut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com