Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Sehat untuk Penderita Hepatitis C

Kompas.com - 18/11/2012, 02:54 WIB

Di samping itu, biaya pemeriksaan HCV-RNA akan diganti. Misalnya, jika seseorang menggunakan interferon suntikan sebanyak 48 kali, dia cukup membayarnya 36 kali. Potongan ini cukup banyak, yaitu sekitar Rp 30 juta. Namun, bagi sebagian besar penderita hepatitis C, harga yang harus dibayar masih amat mahal. Kita menginginkan pada tahap awal potongan tersebut dapat mencapai 50 persen.

Kabar baik, kemunduran

Kabar baik pada tahun 2013, laboratorium RS Kanker Dharmais akan menurunkan harga pemeriksaan HCV-RNA menjadi sekitar Rp 1.200.000, awalnya biayanya mencapai sekitar dua juta rupiah. Asuransi kesehatan pegawai negeri telah memasukkan obat hepatitis C dan hepatitis B dalam program jaminannya. Namun, saya terkejut ketika membaca kajian dewan jaminan sosial kesehatan bahwa sistem jaminan sosial kesehatan tak akan mengganti biaya terapi penyakit kanker dan penyakit yang berkaitan dengan narkoba dan HIV.

Kalau benar, kebijakan ini merupakan kemunduran besar karena kita sudah lama memperjuangkan agar tak dilakukan diskriminasi pada pembiayaan kesehatan. Harus diakui bahwa pengobatan narkoba dan HIV jika ada komplikasi akan menjadi lebih mahal, tetapi akan lebih bijaksana untuk membatasi biaya terapi dengan batasan yang sesuai kesanggupan dari badan penyelenggara daripada membuat pengecualian terhadap penyakit- penyakit tertentu.

Karena pelaksanaan sistem asuransi nasional baru akan dimulai tahun 2014, ada waktu untuk menyempurnakan kebijakan yang ada. Selain itu, kita juga berharap transparansi informasi dapat dilaksanakan agar kebijakan yang ada dapat mendapat perhatian publik.

Gaya hidup dan makanan

Gaya hidup yang mendukung pemeliharaan kesehatan penderita hepatitis C kronik seperti gaya hidup sehat pada umumnya dengan beberapa perhatian dalam menghindari kebiasaan tertentu yang dapat mengganggu kesehatan. Hal itu misalnya kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.

Makanan juga hendaknya mengandung banyak sayuran dan buah-buahan serta kurangi konsumsi lemak. Penderita yang belum terpapar hepatitis A dan B sebaiknya menjalani vaksinasi hepatitis A dan B karena jika telah terjadi hepatitis A atau B akut, perjalanan untuk menjadi hepatitis kronik atau sirosis hati, bahkan kanker hati, lebih cepat. Aktivitas fisik juga disesuaikan dengan derajat penyakit, dengan demikian penderita hepatitis kronik yang masih awal dapat melaksanakan olahraga. Berat badan juga perlu dijaga karena menurut penelitian, obesitas juga dapat mempercepat progresivitas penyakit.

Pada konferensi internasional, banyak penelitian yang disampaikan sehingga harapan untuk menyederhanakan terapi hepatitis C semakin besar. Para pakar berharap dapat menyediakan terapi hepatitis C tanpa suntikan interferon. Namun, apakah harapan tersebut akan terwujud, kita masih harus menunggu sekitar 3 sampai 5 tahun lagi.

Penderita yang sudah harus memulai terapi interferon tentu tidak dapat menunggu selama itu karena itulah kita sangat berharap agar terapi interferon di negeri kita dapat lebih mudah terjangkau. Penularan hepatitis C juga dapat melalui cairan tubuh, termasuk melalui hubungan seksual, walaupun risikonya rendah. Jika terapi interferon berhasil, bagi penderita dengan keadaan HCV–RNA yang tidak terdeteksi dalam waktu lama, risiko penularannya dapat menjadi hampir tak ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com