Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kiprah Penggiat ASI Asal Negeri Pecahan Es

Kompas.com - 29/08/2013, 08:56 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Air susu ibu (ASI) tak terelakan lagi merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Namun seiring dengan bertambah mudahnya akses untuk mendapat susu formula ataupun minimnya pengetahuan tentang ASI, kesuksesan pemberian ASI eksklusif pun menjadi sulit dicapai.

Beruntunglah, semakin hari kesadaran untuk memberikan ASI terus meningkat. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka ibu menyusui mencapai 42 persen. Angka tersebut naik sekitar 10 persen dari angka sebelumnya.

Peningkatan tersebut tak terlepas dari peran penggiat yang tidak pernah jemu memberikan edukasi tentang ASI. Mereka memberi ajakan, dukungan, hingga arahan untuk memberikan ASI dengan baik dan benar bagi para ibu, ayah hingga keluarganya.

Meskipun demikian, mereka harus menghadapi sejumlah tantangan. Kurangnya perhatian pemerintah soal kebijakan ASI, dan gencarnya promosi susu formula merupakan beberapa di antaranya.

Dan ternyata perjuangan penyadaran akan pentingnya pemberian ASI tidak hanya terjadi di Indonesia. Di negara maju seperti Kanada pun, penggiat ASI juga mengalami tantangan yang serupa.

Adalah dr Jack Newman, FRCPC, dokter anak sekaligus pakar laktasi asal Kanada yang sudah diakui kiprahnya secara internasional. Dia mengatakan, penggiat ASI di Kanada juga mengalami tantangan yang hampir sama dengan di Indonesia. Meskipun ada beberapa pencapaian Kanada yang perlu dicontoh negeri ini.

Berikut adalah hasil wawancara Kompas.com dengan Newman saat ditemui dalam sebuah seminar Rabu (28/8/2013), di Jakarta :

Bagaimana Anda melihat perbedaan keberhasilan pemberian ASI antara negara berkembang seperti Indonesia dengan Kanada?

Pertanyaan yang rumit, karena keberhasilan pemberian ASI setiap daerah dalam sebuah negara beragam. Daerah dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah cenderung sukses memberikan ASI. Sementara daerah yang penduduknya menengah ke atas cenderung punya lebih banyak uang dan sibuk bekerja, sehingga keberhasilan ASI-nya cenderung rendah.

Terlebih di Indonesia cuti melahirkan hanya diperbolehkan tiga bulan. Setelah jangka waktu tersebut, ibu bekerja cenderung menghentikan ASI yang membuat menurunnya keberhasilannya. Jadi semua itu tergantung pada banyak faktor.

Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Kanada, cuti melahirkan diberikan hingga satu tahun. Sehingga waktu ibu menyusui menjadi lebih leluasa. Meskipun pilihannya kembali ke masing-masing ibu, mau melanjutkan ASI hingga dua tahun atau tidak. Sebagian dari mereka bahkan berhenti memberikan ASI selepas tiga bulan.

Bagaimana kondisi pemberian ASI di Kanada? Terutama dari keinginan ibu untuk memberikan ASI?

Saya rasa hampir semua ibu di Kanada mau memberikan ASI. Namun sekali lagi, keberhasilan pemberian ASI tergantung pada setiap individu. Dalam sebuah studi 2009 di Toronto menunjukkan angka ibu menyusui mencapai 95,7 persen. Namun dari jumlah itu masih ditemui juga bayi-bayi yang diberi susu formula di rumah sakit.

Sebagian sukses memberikan ASI eksklusif, tetapi sebagian lagi ada pula yang diberikan suplementasi tidak perlu sehingga mereka menghentikan pemberian ASI-nya.

Kanada merupakan negara yang luas. Jika Anda lihat di pantai timur, keadaannya jauh lebih buruk dari itu, tingkat keberhasilan ASI mungkin hanya 60-65 persen. Sebagian di antaranya baru memulai, sebagaian berhenti. Berbeda dengan di pantai barat yang bisa mencapai 95-96 persen.

Dan bagaimana kondisi dokter pakar laktasi di sana?

Tidak banyak, mungkin hanya setengah dari seluruh dokter yang peduli tentang ASI.

Adakah kebijakan dari pemerintah Kanada soal ASI?

Tidak. Pemerintah Kanada hanya menjalankan apa yang menjadi kode etik internasional tentang ASI, namun tidak membuat peraturan khusus untuk itu.

Para ibu menyusui di negara berkembang seperti Indonesia, terutama para ibu bekerja, kerap mengalami kendala dalam memberikan ASI. Selain waktu luang yang minim, tingkat pengetahuan mereka soal laktasi juga minim. Bagaimana solusinya untuk menghadapi berbagai permasalahan itu?

Saya menekankan pada orang-orang muda untuk membuat pendekatan pada pemerintah agar cuti melahirkan bisa dibuat satu tahun seperti di Kanada. Dengan meninggalkan anak di usia satu tahun untuk kembali bekerja, keberhasilan pemberian ASI pun bisa ditingkatkan. Tanpa cuti melahirkan yang lama, keberhasilan pemberian ASI kemungkinan sulit dicapai.

Cuti melahirkan tiga bulan itu sangat buruk. Meskipun sudah memberikan ASI dalam jangka waktu tiga bulan, tapi ingat, iniasi bukan berarti kontinuitas. Ibu yang sudah sibuk bekerja akan repot untuk memompa, menaruh ASI ke dalam botol, dan memberikannya pada bayi. Kebanyakan ibu bekerja berhenti memberi ASI dalam satu bulan.

Apakah ruang menyusui di tempat bekerja membantu keberhasilan ASI?

Sangat beragam, tergantung pada keadaannya. Namun setahu saya tidak banyak membantu.

Bagaimana pendapat Anda mengenai efektivitas dari layanan konsultasi ibu menyusui (laktasi)?

Tenaga kesehatan yang memberikan edukasi tentang ASI sebenarnya baik. Namun efektivitas diukur dari keberhasilan pemberian ASI sendiri. Dan kembali lagi ke cuti melahirkan yang kurang, saya rasa hal itu sulit untuk dicapai.

Apa faktor yang paling menentukan keberhasilan pemberian ASI di suatu negara?

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana bayi ditangani di rumah sakit. Dukungan pada ibu untuk memberikan ASI sejak di rumah sakit sangat penting. Dan hal itu umumnya masih buruk, sehingga edukasi dan pelatihan pada mereka sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan ASI.

Jika tidak, ibu cenderung untuk berhenti menyusui saat ada masalah. Mereka berhenti saat putingnya sakit, mereka berhenti saat bayi mereka menangis terus. Namun hal itu berbeda saat mereka teredukasi dengan baik. Permulaan menyusui itu sangat penting.

Bagimana Anda sejauh ini melihat upaya/kiprah dari industri susu formula di dunia saat ini, apakah mereka masih menjadi ancaman bagi keberhasilan menyusui?

Tentu hal itu masih menjadi ancaman. Maka penggiat ASI perlu berusaha lebih keras untuk menyadarkan masyarakat pentingnya memberi ASI. Di samping itu, peraturan mengenai pemasarannya juga perlu diperhatikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com