Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2013, 06:36 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com - Gangguan perilaku seperti hiperaktivitas umumnya terjadi karena gangguan yang terjadi pada otak. Namun sebuah studi baru menemukan, gangguan telinga juga bisa jadi pemicunya.

Para peneliti mengatakan, gangguan telinga secara langsung dapat menyebabkan perubahan saraf. Ini berarti hiperaktivitas pada anak dengan gangguan telinga dapat dikontrol dengan pengobatan.

Selama bertahun-tahun, ilmuwan mencatat, banyak anak dan remaja dengan gangguan pendengaran parah juga memiliki gangguan perilaku, seperti hiperaktivitas. Namun mereka belum mampu menentukan hubungan antara keduanya.

"Studi ini memberikan bukti pertama yang menunjukkan gangguan alat indera, seperti telinga bagian dalam, dapat mempengaruhi perubahan molekular pada otak sehingga menyebabkan gangguan perilaku," ujar ketua studi Dr Jean Hebert, profesor dari Albert Einstein College of Medicine di New York.

Telinga bagian dalam terdiri dari dua struktur yaitu koklea dan sistem vestibular yang berperan dalam kesetimbangan. Gangguan telinga dalam umumnya disebabkan oleh faktor keturunan, namun bisa oleh faktor infeksi dan cedera.

Studi ini berawal dari adanya tikus dengan gerakan aktif mengejar ekornya sendiri. Setelah diselidiki, ternyata tikus tersebut memiliki gangguan telinga akut yang disebabkan oleh mutasi gen.

Para peneliti menggunakan tikus sehat dan secara selektif membuang gen dari telinga dalam dan bagian tertentu dari otak yang mengontrol gerakan, serta seluruh sistem saraf pusat. Hal tersebut dilakukan guna menentukan mutasi gen terkait dengan hiperaktivitas pada binatang.

"Yang mengejutkan, ketika gen dari telinga dalam dihilangkan, terjadi peningkatan gerakan pada tikus," ujar Hebert.

Para peneliti menyimpulkan, kerusakan telinga bagian dalam menyebabkan abnormalitas pada area otak tengah yang mengontrol gerakan.

Mereka mengatakan, meski penelitian dilakukan pada tikus, namun gangguan telinga bagian dalam karena mutasi gen pada tikus mirip dengan manusia. Selain itu, gejala hiperaktif karena kerusakan telinga bagian dalam dapat dikontrol dengan pengobatan yang menghambat jalur tertentu pada area pusat otak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau