KOMPAS.com - Air berperan penting dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan, tetapi banyak tantangan untuk melindunginya.
Dalam memeringati Hari Air Sedunia (World Water Day) yang berlangsung setiap 22 Maret, Prof Etty Riani menyampaikan fakta pahit tentang perairan di Indonesia.
Guru Besar IPB dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) ini mengatakan bahwa hampir seluruh perairan di Indonesia sudah terkontaminasi.
Baca juga: Benarkah Mikroplastik Berbahaya? Pakar Ungkap Dampaknya bagi Kesehatan
"Dari hasil penelitian-penelitian yang kami lakukan, hampir seluruh perairan di Indonesia sudah terkontaminasi mikroplastik, bahkan nanoplastik," kata Etty seperti yang dikutip dari jurnal Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Jumat (21/3/2025).
Indonesia menempati posisi kedua setelah China sebagai negara dengan tingkat kontaminasi mikroplastik tertinggi.
"Wilayah pesisir dengan kepadatan penduduk tinggi, seperti Teluk Jakarta, memiliki tingkat kontaminasi (mikroplastik) yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Baca juga: Memasak Sehat: Hindari Plastik untuk Cegah Kontaminasi Mikroplastik
Etty menjelaskan, mikroplastik terbentuk dari degradasi produk sehari-hari, seperti pakaian, kemasan makanan dan minuman, perabotan rumah, serta kantong plastik, serta produk perawatan.
Seiring waktu, sampah-sampah plastik itu terdegradasi atau terurai menjadi partikel-partikel kecil hingga menjadi mikroplastik, dan selanjutnya menjadi nanoplastik.
Etty mengatakan bahwa saat terurai, sampah-sampah itu merupakan bahan berbahaya dan beracun bagi manusia.
Tidak hanya merugikan manusia, bahan aditif yang terurai juga bisa terlepas ke lingkungan.
Menurut Etty, hal itu membahayakan lingkungan dan biota yang hidup di sana.
Melalui proses rantai makanan, pada akhirnya biota yang terkontaminasi juga akan sampai ke manusia.
Oleh karena itu, kontaminasi mikroplastik di perairan sangat membahayakan.
Baca juga: Paparan Mikroplastik Dapat Berdampak Buruk pada Fungsi Otak
Menurut hasil penelitian Eka Chlara Budiarti dari Ecological Observation and Wetlands Conservation yang dikutip Kompas.com dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), tubuh manusia bisa terkena kontaminasi mikroplastik di antaranya melalui pernapasan dan pencernaan.
Eka mengatakan kontaminasi mikroplastik dapat mengendap, jika tubuh lama terpapar.