Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/09/2013, 17:28 WIB
dr. Frans Liwang

Penulis

Sumber Kompasiana

4. Osteoporosis

Siapa yang tak kenal penyakit ini? Meski familiar, namun Anda dan saya tidak tahu apakah sedang mengalami pengeroposan tulang atau tidak. Osteoporosis tidak memiliki gejala atau keluhan apapun, seringkali pasien datang sudah dengan nyeri akibat patah tulang (fraktur) atau kejadian jatuh akibat tulang yang rapuh. Angka tertinggi osteoporosis terjadi pada wanita yang menopause, terutama yang memiliki berat badan rendah.

Cara pasti untuk mendeteksi secara dini ialah dengan pemeriksaan kepadatan tulang (bone densitometry), atau pada kasus-kasus awal dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologi. Namun sayangnya, pemeriksaan tersebut belum rutin dilakukan pada orang sehat.

5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Masihkan ingatkah Anda sesosok artis dan politisi muda dengan porsi tubuh ideal dan rutin berolahraga, namun meninggal mendadak akibat satu kali serangan jantung? Ya, tak heran PJK disebut sebagai pembunuh nomor satu. Dalam ilmu kedokteran, jenis kelamin laki-laki dan usia ≥ 45 tahun saja (belum ditambah faktor lain) sudah termasuk sebagai faktor risiko PJK.

PJK biasa muncul sebagai nyeri dada sebelah kiri, seperti ditekan benda berat, yang kadang menjalar ke lengan, rahang bawah, serta pundak. Artinya, ada sumbatan di pembuluh darah koroner. Namun faktanya, PJK bisa muncul tanpa gejala apapun! Pasien dapat tiba-tiba jatuh tergeletak tanpa diketahui sebabnya. Setelah diperiksa rekam jantung, barulah diketahui bahwa pasien mengalami PJK.

6. Infeksi Menular (HIV dan Hepatitis)

Penyakit ini boleh dibilang berbeda golongan dari lima yang telah dibahas sebelumnya. Namun, infeksi menular seperti HIV dan hepatitis dapat muncul tanpa gejala sedikitpun. Selain tidak menimbulkan gejala, penyakit ini mudah menular bila tidak berhati-hati!
Pada kasus HIV, butuh bertahun-tahun sejak virus masuk ke dalam darah hingga muncul sebagai gejala.

Banyak pasien yang baru diketahui mengalami HIV setelah dirinya terjangkit berbagai infeksi sekunder lainnya. Seperti yang diketahui, pasien HIV memiliki imunitas yang rendah sehingga rentan terkena infeksi. Dengan kata lain, virus HIV tidak membunuh pasien secara langsung, melainkan melalui infeksi-infeksi sekunder tersebut. Pasien HIV paling sering meninggal akibat tuberkulosis atau hepatitis C.

Untungnya, pemeriksaan HIV dan hepatitis telah rutin dilakukan pada orang sehat, misalnya saat melamar kerja. Penulis sering menemukan, seseorang baru mengetahui dirinya mengidap hepatitis B kronis saat pemeriksaan rutin sewaktu melamar kerja. Tiba-tiba saja hasil laboratorium menunjukkan nilai HbsAg posititf (penanda hepatitis B). Ia tidak tahu dari mana sumbernya, dan mengaku tidak menggunakan obat-obatan suntik, seks bebas, atau transfusi darah. Dan tidak ada keluhan kesehatan selama ini; murni hanya hasil lab saja yang bermasalah.

Itulah kesulitan dari hepatitis B. Di Indonesia, mayoritas kasus hepatitis B kronis terjadi akibat infeksi melalui plasenta sewaktu dalam kandungan. Misalnya seorang ibu hamil dengan hepatitis B positif, sang bayi memiliki risiko yang sangat besar untuk mengidap hepatitis juga, namun dengan sifat penyakit kronis: tidak ada gejala pada tahun-tahun awal.

7. Sirosis hepar (penciutan hati)

Seperti halnya penyakit ginjal kronis, masalah kronis pada hati juga dapat mengakibatkan perubahan struktur dan penurunan fungsi. Disebut sirosis hati, apabila sel-sel normal telah mati, digantikan oleh serabut-serabut fibrosa, ukurannya menciut, dan tidak bisa dipulihkan lagi. Lazimnya kondisi ini diketahui melalui USG hati.

Namun, ceritanya agak berbeda dengan penyakit-penyakit di atas. Biasanya pasien memiliki riwayat penyakit hati yang berangsur-angsur dan tidak diobati hingga terjadilah sirosis. Penyebab tersering ialah hepatitis kronis yang disepelekan karena tidak ada gejala. Sampai suatu ketika, barulah pasien mengalami muntah darah atau bengkak yang menandakan telah terjadi sirosis.

Sejatinya, tak semua penyakit menimbulkan gejala pada awalnya. Keluhan yang muncul malah menandakan bahwa penyakit telah memasuki tahap lanjut, bahkan terminal. Di sinilah pentingnya bagi kita semua untuk waspada dan mau periksa kesehatan. Periksa tekanan darah, kadar gula darah, serta waspada terhadap semua faktor risiko adalah hal sederhana nan esensial mencegah tujuh penyakit di atas. Mengutip pepatah tua, mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati. Itupun kalau penyakitnya bisa diobati…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com