Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan, Racun Botulinum Baru Paling Mematikan

Kompas.com - 21/10/2013, 14:26 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Para peneliti menemukan jenis racun botulinum paling baru. Jenis racun yang merupakan temuan ke delapan dari racun tersebut diketahui paling mematikan.

Karena penangkal racun tersebut belum ditemukan, maka sekuensi gen racun tersebut masih dirahasiakan. Ini agar racun tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Racun baru ini diklasifikasikan dalam golongan racun botulinum H. Sebelumnya, para peneliti sudah menemukan tujuh racun botulinum lainnya, yaitu racun A-G. Ketujuh racun tersebut sudah memiliki penangkal untuk melindungi orang yang terinfeksi dari kematian.

Racun botulinum berasal dari bakteri Clostridium botulinum. Karakteristik dari racun yang berasal dari bakteri tersebut adalah dapat melumpuhkan saraf sehingga dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan keterangan dari Stephen Arnon dan timnya di California Departement of Public Health di Sacramento, racun H ditemukan pada kotoran anak yang terinfeksi C botulinum.

Racun tersebut sangat mematikan, faktanya mengendusnya dalam dosis 13 sepermiliar gram sudah dapat mematikan. Yang lebih buruk, penyuntikan racun ini dalam dosis 2 sepermiliar gram dapat membunuh satu individu. Sebagai perbandingan, arsenik, racun yang terkenal mematikan baru dapat mematikan jika masuk dalam dosis satu persepuluh gram ke dalam tubuh.

Antibodi tradisional sebenarnya cukup efektif dalam mendegradasi racun. Hanya saja, percobaan pada tikus atau kelinci menunjukkan, antibodi tidak memiliki efek protektif pada racun H.

"Karena belum ditemukannya penangkal dari racun C botulinum, para peneliti perlu mendiskusikannya lebih lanjut dengan sejumlah lembaga pemerintahan," catat editor Journal of Infectious Diseases yang memuat temuan tersebut.

Penemuan penyakit dan racun yang mematikan memang selalu melibatkan moral para peneliti untuk memutuskan pemanfaatannya, untuk menguntungkan manusia atau untuk membuat penyakit.

Para peneliti mencatat, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efektivitas dan keamanan antibodi terhadap racun. Hal ini dibutuhkan sebelum melakukan uji klinis penangkalnya, khususnya pada manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com