Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/12/2013, 11:11 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Pemrosesan susu

Susu memang memiliki berjuta kebaikan. Sayangnya, cairan unik ini merupakan bahan pangan yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk menjaga kemurnian sekaligus kandungan gizinya.

Dari sekian banyak susu yang beredar di pasaran, susu segar merupakan susu yang paling baik. Pasalnya, susu ini memiliki tingkat kemurnian paling tinggi dan kandungan gizi yang lengkap alami. Selain itu, susu segar juga memiliki cita rasa paling lezat karena asam lemak susunya belum rusak akibat proses pengawetan.

Namun susu segar juga rentan mengandung mikroba yang dapat membahayakan kesehatan. Menurut laporan sebuah studi asal Minnesota Departement of Health di Amerika Serikat baru-baru ini, rata-rata satu dari enam orang yang minum susu segar jatuh sakit karena infeksi dari mikroba yang mengontaminasinya. Itu artinya, susu segar tidak selalu aman dikonsumsi.

Selain itu, susu segar juga mudah rusak karena kontaminasi mikroba. Ini karena kandungan gizi di dalam susu merupakan sarana yang sangat baik bagi mikroba untuk bertumbuh.

Maka dari itulah, susu segar membutuhkan teknik pemrosesan untuk mengenyahkan mikroba yang dikandungnya, namun tidak sampai merusak kandungan gizinya. Menurut pakar teknologi pangan Purwiyatno Hariyadi, setiap teknik pemrosesan pada bahan pangan mau tidak mau akan merusak sebagian gizi dari pangan. Kendati demikian, proses tersebut penting untuk menjaga keamanannya.

"Oleh karena itu harus dicari titik tengahnya dengan optimasi, yaitu pemrosesan jangan sampai merusak gizi besar-besaran suatu bahan pangan, tapi tidak juga membiarkannya mengandung banyak kontaminan," ujar Guru Besar di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Dari sekian banyak teknik pemrosesan susu, Purwiyatno mengatakan, teknik kombinasi suhu tinggi dan waktu singkat dalah yang terbaik. Ini karena teknik tersebut secara efisien dapat membunuh mikroba namun tidak sampai merusak kandungan gizi susu.

Teknik UHT termasuk yang menggunakan prinsip kombinasi dengan melakukan pemanasan hingga 140 derajat celcius selama empat detik. Dengan begitu, produk susu menjadi lebih awet dan aman dikonsumsi, serta tidak perlu ditambahkan bahan pengawet lainnya.

Meski menjadi lebih awet, imbuh Purwiyatno, namun untuk mempertahankan keawetan dan keamanannya, susu UHT harus tetap berada dalam lingkungan aseptis, atau keadaan steril terbebas dari mikroba. Karena itu setelah melalui pemrosesan, susu UHT pun perlu segera dikonsumsi atau dikemas dengan baik.

Communication Manager Tetra Pak Indonesia Elvira P. Wongsosudiro mengatakan, kemasan susu UHT Tetra Pak merupakan kemasan aseptik berteknologi tinggi yang mampu melindungi kandungan gizi pada susu, sekaligus menjaga keamanannya dari mikroba.

"Kemasan dibuat aseptik multilapis dan kedap udara sehingga mikroba di luar kemasan tidak dapat masuk. Selain itu juga melindungi dari sinar ultraviolet yang dapat merusak kesegaran susu," ujarnya.

Jika kemasan masih baik dan utuh, lanjut Elvira, penyimpanan susu UHT di suhu ruang terbilang aman dan tahan berbulan-bulan. Namun ketika sudah dibuka, sebaiknya susu UHT segera dihabiskan atau disimpan di lemari pendingin bersuhu empat derajat celcius tidak lebih dari tiga hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com